Demikian juga studi di luar negeri, kekurangan biaya satu bulan, dua bulan, bahkan enam bulan hingga satu tahun jangan sampai menjadikan semua usaha yang sudah dikerahkan menjadi sia-sia dengan tidak menyelesaikan studi dan membawa ijazah ketika kembali ke Tanah Air. Selesaikan masalah dengan semaksimal usaha, dengan bekerja sampingan, bila perlu mengambil pinjaman (Qard Hasan) untuk dapat menyelesaikan studi, Apalagi penerima beasiswa Dikti, ketika pulang tempat untuk berkarya sudah ada. Yakinlah bahwa setiap kesulitan akan diikuti dengan kemudahan bagi siapa yang mau berusaha dan bertawakal.
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.“ (QS 94: 5-6)
Sebagai penutup gelar S2 dan S3 yang didapatkan kita, hanya semata karena matrikulasi atas nama kita, tetapi hakikatnya adalah andil keluarga, sahabat, teman-teman yang telah membantu menutup diskrit-diskrit yang terjadi baik hitungan hari, pekan, bahkan bulan tahun sehingga kita mampu melampaui secara kontinyu menyelesaikan masa studi.
Diskrit-diskrit itu tidak hanya masalah keuangan tetapi bisa juga kemampuan kita dalam menyerap materi pelajaran atau tugas-tugas kuliah. Sehingga hadir teman-teman, asisten, bahkan profesor yang mengajari kita secara private sehingga menjadi continyu dan kita akhirnya lulus ujian materi tersebut. 1 kredit pun yang kurang karena ketidakmampuan kita, niscaya kita tidak akan mampu menyelesaikan studi tersebut dan mendapat gelar Master maupun Doktor.
Jazakumullahu khoiron katsiran yang menjadikan diskrit menjadi kontinyu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H