Sejatinya setiap individu itu adalah unik, mempunyai ciri khas tertentu yang tentu tidak dimiliki oleh setiap individu yang lainnya. Perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu tersebut dapat dilihat baik dari segi fisik maupun non fisik yang menjadikan seseorang memiliki karakter/ ciri-ciri yang berbeda antara satu dengan yang lain.Â
Perbedaan tersebut merupakan hal yang biasa atau wajar yang sering kita temui didalam kehidupan-sehari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan sekolah. Perbedaan ini tentunya merupakan sebuah anugerah dari Tuhan yang harus semua orang syukuri.
Begitu juga dengan setiap peserta didik di sekolah yang tentunya didalam sebuah sekolah tersebut pastilah diisi oleh ratusan individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari perbedaan etnik, budaya, status sosial, minat, kognitif, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain masih banyak lagi.Â
Dengan banyaknya perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap banyaknya kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi. Tanpa disadari, setiap harinya seorang guru menghadapi peserta didik dengan berbagai keragaman yang banyak sekali macamnya. Guru selalu dihadapkan berbagai tantangan dalam mengajar dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan sesuatu hal dalam satu waktu.Â
Keterampilan yang luar biasa ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan guru menghadapi tantangan tersebut menjadi hal yang biasa baginya. Berbagai usaha dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik sukses dalam proses pembelajarannya.Â
Oleh karena itu untuk mengakomodir bahwa setiap kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi maka diperlukan adanya sebuah penerapan pembelajaran berdiferensiasi supaya peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan salah satunya adalah dengan melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu usaha atau proses untuk menyesuaikan sistem pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar dan kemampuan setiap peserta didik yang berbeda-beda. Dalam prinsip pembelajaran diferensiasi setiap peserta didik memiliki keunikan dan kemampuannya, serta cara yang berbeda-berbeda dalam memahami suatu ilmu atau materi pelajaran.Â
Jadi, Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian kegiatan berupa keputusan yang sesuai akal pikiran (common sense) yang disusun oleh guru dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, dan berorientasi pada kebutuhan belajar peserta didik. Keputusan tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut yaitu: cara menciptakan lingkungan berlajar peserta didik, mendefinisikan tujuan pembelajaran, proses penilaian berkelanjutan sehingga tercipta kelas efektif.
Menurut Faiz dkk (2022:49) pembelajaran berdiferensiasi adalah seperangkat tindakan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Sedangkan menurut Suwartingsih (2021: 82) pembelajaran berdiferensiasi adalah: Pengajaran yang beraneka ragam yang diberikan oleh guru di dalam kelas, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua peserta didik di dalam satu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.Â
Komponen pembelajaran berdiferensiasi terdiri atas: berdiferensiasi konten, proses dan produk (Marlina, 2020). Berdasarkan pendapat tersebut maka pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar setiap individu.Â
Penyesuaian yang dimaksud yakni terkait minat, profil belajar dan kesiapan peserta didik agar tercapai peningkatan hasil belajar (Herwina, 2021: 176). pembelajaran berdiferensiasi diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif serta menjawab kebutuhan belajar peserta didik yang beragam serta potensi yang dimilikinya dapat berkembang sehingga peserta didik mempunyai kebebasan dalam belajar serta hak-hak belajarnya dapat terpenuhi.
Langkah awal untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi adalah memetakan kebutuhan belajar peserta didik. Menurut Tomlinson (2001) kebutuhan belajar peserta didik tersebut dapat dikatergorikan menjadi tiga aspek, yaitu:
- Kesiapan belajar (readiness) peserta didik.
- Kesiapan belajar (readiness) merupakan kapasitas dan kemampuan peserta didik untuk mempelajari dan memahami materi baru. Dengan kesiapan belajar, guru berusaha mengajak peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran yang keluar dari zona nyaman, tetapi dengan dukungan lingkungan belajar yang benar dan fasilitas yang memadai agar peserta didik dapat menguasai suatu materi baru.Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
- Minat peserta didik Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat peserta didik dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
- Membantu peserta didik menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
- Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
- Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi peserta didik sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
- Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.
- Profil belajar peserta didik Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan diantaranya:
- Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator)
- Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik)
- inestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Pemetaan kebutuhan belajar dari aspek profil belajar peserta didik memiliki tujuan sebagai upaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat belajar secara aktif, efesien, dan natural. Faktor yang mempengaruhi pembelajaran seseorang antara lain: lingkungan, budaya, visual, auditori, dan kinestetik. Oleh karena itu, pentingnya guru memvariasikan strategi dan metode pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar peserta didik, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran peserta didik diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Selain itu dengan mengembangkan kebutuhan belajar peserta didik tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi ini dapat:
- Membantu proses belajar bagi semua peserta didik. Guru bisa merefleksi dan meningkatkan kesadaran terhadap kemampuan peserta didik sehingga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran.
- Meningkatkan motivasi dan hasil belajar karena guru memahami dan memberikan bimbingan berdasarkan tingkat kesulitan materi dan peserta didik memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat kesulitan materi tersebut.
- Terjalinya hubungan yang selaras dan harmonis antara pendidik dan peserta didik. Relasi antara guru dan peserta didik menjadi meningkat dan kuat dengan pembelajaran berdiferensiasi ini, sehingga peserta didik menjadi semangat dalam pembelajaran.
- Membantu peserta didik untuk lebih percaya diri dan mandiri.
- Menggali potensi dan kemampuan peserta didik
Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan 4 cara (Tomlinson, 2000) diantaranya:
- Konten/isi, yang berkaitan dengan kurikulum dan materi apa yang dipelajari oleh peserta didik. Contoh diferensiasi konten dapat laksanakan seperti beberapa kegiatan berikut:
- Menyediakan bahan bacaan/literatur pada berbagai tingkat keterbacaan.
- Menyediakan beragam bahan ajar yang disajikan melalui modul, kaset, video atau praktek.
- Menggunakan tabel kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan peserta didik.
- Mempresentasikan ide secara audio,visual ataupun dua-duanya.
- Menggunakan teman bacaan.Â
- Menggunakan kelompok kecil atau tutor sebaya.
- Proses, merupakan cara peserta didik dalam mengolah informasi dan ide. Contoh kegiatanya antara lain sebagai berikut:
- Menggunakan kegiatan berjenjang dengan berbagai tingkat tantangan, dukungan, dan kompleksitas.
- Menggali potensi peserta didik dengan menyediakan pusat minat dan bakat.
- Menyusun agenda pribadi atau daftar tugas yang harus diselesaikan selama waktu yang ditentukan oleh guru.
- Memberikan dukungan secara langsung bagi peserta didik yang membutuhkan.
- Memfasilitasi ketersediaan waktu dalam menyelesaikan tugas.
- Produk, merupakan interpretasi terhadap apa yang telah diperoleh/dipelajari oleh peserta didik. Contoh kegiatan dapat berupa berikut ini:
- Memberi peserta didik pilihan cara mengekspresikan kebutuhan pembelajaran atau mempresentasikan hasil belajarnya misal dalam tulisan, gambar, video ataupun narasi.
- Menggunakan rubrik/standar penilaian yang cocok dan memperluas keberagaman tingkat keterampilan peserta didik.
- Lingkungan belajar, merupakan keadaan, perasaan dan cara peserta didik bekerja dalam pembelajaran. Contoh kegiatan ini antara lain sebagai berikut:
- Adanya ruangan atau lingkungan dimana peserta didik dapat berkolaborasi.
- Menyediakan materi yang melukiskan apsek sosial dan budaya yang terlihat nyata.
- Membantu memfasilitasi peserta didik yang suka bergerak dengan peserta didik yang suka duduk tenang.
- Mengembangkan rutinitas atau kebiasaan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan bantuan ketika pendidik atau guru sibuk dengan peserta didik lain.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada peserta didik. Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua peserta didik bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan peserta didik maka hal tersebut dapat menghambat peserta didik untuk bisa maju dan berkembang belajarnya.Â
Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, peserta didik dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan peserta didik berkolaborasi, kebutuhan belajar peserta didik terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.
Daftar Pustaka:
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Program Guru Penggerak pada Modul 2.1. Jurnal Basicedu, 6(2), 2846--2853.
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Peserta didik dan Hasil Belajar dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175--182.
Marlina, M. (2020). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. Padang: Afifa Utama.
Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 80--94
Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-ability classrooms. ASCD. Tomlinson. (Modul 2.1 PGP, 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H