Saat Idul Fitri tiba, meja makan selalu dipenuhi hidangan khas yang menggugah selera. Dari ketupat, opor ayam, hingga aneka kue kering, semuanya memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.
Di antara semua menu Lebaran, rendang tetap menjadi primadona yang selalu hadir, terutama bagi mereka yang merindukan cita rasa kaya rempah dan tradisi yang mengikat kenangan keluarga.
Keistimewaan Rendang di Meja Lebaran
Rendang bukan sekadar lauk pendamping ketupat atau nasi putih. Hidangan khas Minangkabau ini memiliki nilai lebih dari sekadar rasa. Proses memasaknya yang panjang menjadi simbol kesabaran dan ketekunan, sesuatu yang selaras dengan nilai-nilai yang diajarkan selama Ramadan.
Tidak heran jika banyak orang rela meluangkan waktu lebih untuk memasak rendang dengan cara yang benar, memastikan daging menyerap bumbu dengan sempurna hingga menghasilkan tekstur empuk dan warna cokelat kehitaman yang menggoda.
Di balik kelezatannya, rendang juga memiliki keunggulan dari sisi daya tahan. Dengan teknik memasak yang tepat, rendang bisa bertahan hingga berhari-hari tanpa perlu disimpan di dalam lemari es.
Ini membuatnya menjadi hidangan yang praktis untuk dinikmati saat Lebaran, terutama ketika sanak saudara datang silih berganti untuk bersilaturahmi. Selain itu, bagi para perantau yang mudik ke kampung halaman, membawa rendang sebagai oleh-oleh adalah tradisi yang tetap lestari, menghadirkan kehangatan keluarga meskipun harus kembali ke kota dalam waktu singkat.
Lebaran, Rendang, dan Kenangan yang Tak Terlupakan
Lebaran tidak hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang bagaimana makanan menghubungkan kenangan dan perasaan. Bagi sebagian orang, rendang buatan ibu atau nenek di rumah adalah rasa yang tak tergantikan.
Aroma rempah yang memenuhi dapur, suara gemericik santan yang mengental di wajan, hingga momen mencicipi potongan pertama rendang menjadi bagian dari ritual tahunan yang selalu dinantikan.
Seiring waktu, ada perubahan dalam cara masyarakat menikmati rendang saat Lebaran. Beberapa memilih membeli rendang siap saji karena alasan kepraktisan, sementara yang lain tetap mempertahankan tradisi memasak sendiri dengan resep turun-temurun.
Di tengah perbedaan itu, satu hal yang tidak berubah: rendang tetap menjadi simbol kebersamaan. Setiap suapan membawa cerita, entah itu tentang perjalanan panjang menuju kampung halaman, kehangatan berkumpul bersama keluarga, atau sekadar nostalgia akan masa kecil yang penuh warna.
Idul Fitri selalu menghadirkan momen spesial, dan rendang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan itu. Di setiap piring yang tersaji, ada rasa, tradisi, dan cinta yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Sebab, lebih dari sekadar makanan, rendang adalah bagian dari identitas dan kenangan yang selalu hidup dalam hati mereka yang merayakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI