Anak berkata, "Maaf, aku telat karena rapat kelompok yang gak selesai-selesai." Orang tua mungkin langsung merespons, "Makanya jangan ikut rapat malam-malam, itu kan alasan saja!"Â
Di sini, orang tua mungkin merasa anak menghindari tanggung jawab. Sementara anak hanya berusaha menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Selain itu, gaya bicara anak yang lebih spontan dan lugas juga bisa disalahartikan. Saat anak mengatakan, "Kan aku sudah bilang!" atau "Tapi, itu tidak adil!" mereka mungkin hanya ingin menegaskan sesuatu, bukan bermaksud kasar.Â
Namun, di telinga orang tua, cara bicara ini bisa terdengar tidak sopan sehingga respons mereka menjadi lebih defensif.
Bagaimana Agar Anak Bisa Didengar?
Jika dibiarkan terus-menerus, anak bisa menjadi enggan berbicara dengan orang tua.Â
Mereka mungkin merasa percuma menjelaskan karena selalu dianggap membantah. Lama-kelamaan, mereka bisa menarik diri atau mencari tempat lain untuk bercerita, yang dapat membuat hubungan keluarga semakin renggang.
Agar komunikasi lebih sehat, anak bisa mencoba memilih waktu yang tepat untuk berbicara dan menyampaikan pendapat dengan lebih tenang.Â
Sementara itu, orang tua juga perlu belajar mendengarkan sebelum bereaksi.Â
Mengganti respons seperti, "Jangan melawan!" dengan, "Oh, jadi maksud kamu ...." bisa membuat anak merasa lebih dihargai.
Karena pada akhirnya, anak bukan ingin membantah; mereka hanya ingin dipahami.