Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diam Itu Emas, Tapi Apa Harganya?

30 Januari 2025   07:20 Diperbarui: 30 Januari 2025   07:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diam (Sumber: Unsplash)

Sayangnya, diamnya seseorang dalam sebuah konflik justru bisa memperburuk keadaan, membuat orang lain merasa diabaikan, bahkan bisa meninggalkan trauma emosional.

Dampak Psikologis dan Cara Mengatasinya

Secara psikologis, silent treatment dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak dihargai. 

Orang yang menerima perlakuan ini sering kali merasa bingung, bertanya-tanya apa yang salah, atau bahkan menyalahkan diri sendiri.

Bagaimana cara mengatasi kebiasaan ini?

Membangun Kesadaran: Sadari bahwa diam bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Jika memang butuh waktu untuk menenangkan diri, komunikasikan dengan jelas, misalnya, "Aku butuh waktu sebentar untuk berpikir sebelum kita lanjut bicara."

Belajar Mengekspresikan Diri: Berlatih menyampaikan perasaan secara jujur tanpa takut dianggap kasar. Gunakan I-messages, seperti "Aku merasa sedih ketika kamu mengabaikanku," daripada "Kamu selalu mengabaikan aku!"

Meningkatkan Budaya Diskusi: Dalam keluarga, pertemanan, dan pekerjaan, ciptakan ruang di mana komunikasi terbuka lebih dihargai daripada menghindari konflik. Ini bisa dimulai dari kebiasaan sederhana, seperti menanyakan perasaan orang lain dengan tulus.

Membangun kebiasaan untuk berbicara jujur dan terbuka memang butuh keberanian, tapi justru di situlah kunci hubungan yang sehat. 

Komunikasi yang baik bukan soal siapa yang paling banyak bicara, tapi bagaimana kita bisa saling memahami. 

Jadi, benarkah diam selalu emas? Atau jangan-jangan, diam yang salah tempat justru menyisakan luka yang tak terlihat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun