"Lucu banget sih ekspresi kamu tadi! Nanti Mama unggah ya di Instagram, biar semua orang lihat betapa gemasnya kamu!"Â
Pasti ada momen indah setiap kali anak melakukan sesuatu yang menarik. Sebagai orang tua, rasanya ada kesenangan tersendiri saat bisa membagikan momen anak ke media sosial.Â
Tapi belakangan ini seharusnya para orang tua mulai berpikir, apakah itu benar-benar baik untuknya?Â
Di zaman sekarang, berbagi momen anak di media sosial hampir seperti kebiasaan sehari-hari.Â
Tak sedikit juga yang melakukannya, apalagi mengabadikan anak lewat foto ulang tahun, video anak belajar berjalan, hingga celoteh-celoteh menggemaskan.Â
Fenomena ini punya nama sharenting. Kita pun tidak pernah menyangka bahwa kebiasaan ini ternyata punya sisi gelapnya.
Antara Kebanggaan dan Privasi
Sebagai orang tua tentu bangga dengan perkembangan anak-anak. Rasanya menyenangkan melihat banyak orang memuji anak kita di kolom komentar atau bahkan menyebut mereka sebagai calon bintang.Â
Tapi apakah anak kita benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi? Â
Saya pernah membaca sebuah artikel tentang anak-anak yang merasa hidup mereka seperti 'sandiwara' karena terlalu sering diekspos. Mereka merasa apa yang mereka lakukan selalu diatur untuk mendapat perhatian publik.Â
Itu membuat saya berpikir: apakah mereka terlalu memaksakan keinginan pribadinya kepada si anak?
Masa Kecil yang Tak Bisa Diulang
Pernah saya melihat seorang Ibu yang meminta anaknya untuk mengulang-ulang sebuah adegan lucu hanya demi video yang 'sempurna'. Saat itu memang tidak ada yang salah. Tapi ketika melihat wajahnya yang mulai lelah, aku sadar ada sesuatu yang keliru.
Masa kecil adalah waktu untuk bermain, belajar, dan menikmati hidup tanpa tekanan. Jika mereka terus menerus menjadikan anak sebagai konten, khawatir dia akan kehilangan kebebasannya.Â
Suatu hari nanti, aku tidak ingin mendengar anakku berkata, "Kenapa semua cerita hidup tentangku ada di internet tanpa kutahu?"
Kalau Mau Diekspos, Bagaimana Cara Menyeimbangkannya?
Orang tua tidak akan berhenti sepenuhnya membagikan momen anak di media sosial. Namun, orang tua yang peduli akan momen anak akan lebih bersikap bijak.
Apakah ini akan melanggar privasinya? Apakah dia akan merasa nyaman dengan ini di masa depan?Â
Dengan begitu, orang tua bisa mulai membatasi informasi pribadi yang diunggah. Misalnya, tidak lagi menyebutkan nama sekolahnya atau lokasi kami saat ini. Si anak juga wajib menggunakan pakaian dalam guna menghindari penggunaan foto yang seleweng.
Mari, Mengutamakan Anak Dibandingkan Unggahan Semata
Menjadi orang tua di era digital memang penuh tantangan. Ingin melihat anak tumbuh merasa bangga dan nyaman dengan dirinya sendiri, tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi dunia maya.Â
Kalau suatu hari dia ingin terkenal, biarlah itu menjadi keinginannya sendiri, bukan karena orang tua memutuskan untuk mempublikasikan hidupnya sejak kecil.Â
Orang tua percaya bahwa anak boleh terkenal, tapi yang lebih penting adalah memastikan dia tetap menikmati masa kecilnya. Karena masa kecil bukan hanya tentang momen yang kita abadikan, tapi tentang bagaimana mereka merasakannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI