3. Adanya Hierarki yang Terlalu Kaku
Hierarki yang terlalu kaku di dalam organisasi juga menjadi salah satu alasan mengapa karyawan sulit untuk terbuka. Ketika struktur organisasi terlalu berjarak, komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi terhambat. Karyawan merasa terbelenggu oleh peran dan status mereka dalam organisasi, sehingga takut untuk menyampaikan ide atau kritik.Â
Pemimpin yang mengeluarkan pernyataan seperti "Kamu bawahan, tugasmu tinggal jalani perintah. Nggak usah banyak ide yang aneh-aneh!" justru memperburuk keadaan, membuat karyawan merasa ada batasan yang tidak bisa dilampaui dalam berkomunikasi.
4. Kurangnya Kepercayaan
Kepercayaan adalah fondasi penting dalam setiap hubungan, termasuk dalam hubungan kerja. Jika atasan tidak menunjukkan sikap terbuka dan responsif terhadap karyawan, rasa tidak percaya akan muncul. Karyawan yang tidak merasa dipercaya atau dihargai oleh atasan mereka cenderung merasa ragu untuk berbagi ide atau perasaan.Â
Sebuah pernyataan seperti "Kalau kamu nggak bisa diandalkan, saya cari orang lain yang lebih bisa kerja!" akan merusak rasa kepercayaan dan membuat karyawan takut untuk mengambil inisiatif atau berbicara.
5. Budaya Perusahaan yang Tidak Mendukung
Lingkungan kerja yang terlalu fokus pada hasil dan kinerja tanpa memberi perhatian pada proses komunikasi dapat membuat karyawan merasa bahwa suara mereka tidak dihargai. Budaya perusahaan yang mengutamakan hasil kerja dengan cara yang kaku dan formal dapat mengekang keterbukaan dan membuat karyawan enggan berbicara.Â
Ketika atasan mengungkapkan sikap seperti, "Kita di sini kerja, bukan tempat curhat. Fokus sama target kerja!" hal ini justru meredam kesempatan untuk berdiskusi secara terbuka dan saling memberi masukan.
Dalam budaya seperti ini, karyawan merasa bahwa berbicara atau memberikan pendapat tidak sebanding dengan waktu dan energi yang mereka keluarkan. Mereka lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa mengeluarkan ide-ide yang mungkin bisa memperbaiki situasi.
Apa yang Bisa Dilakukan Atasan?