Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulislah, Sebelum Waktu Menghapus Jejakmu

27 Desember 2024   14:25 Diperbarui: 27 Desember 2024   14:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis (Sumber: Unsplash/Christin Hume)

Dalam perjalanan hidup, manusia mencari cara untuk meninggalkan jejak yang tak akan terhapus oleh waktu. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui menulis. 

Kata-kata yang tertulis memiliki kekuatan yang luar biasa: mampu mengabadikan pemikiran, menginspirasi, dan mengubah dunia. Ketika suara kita akhirnya hilang oleh waktu, tulisan kita tetap hidup, berbicara kepada generasi yang akan datang. Maka, menulislah, karena dengan menulis, kau akan hidup selamanya.

Menulis adalah cara yang paling jujur untuk mengekspresikan diri. Ketika kata-kata terasa sulit diucapkan, menulis menjadi medium yang sempurna untuk menuangkan perasaan terdalam. Bagi banyak orang, menulis adalah bentuk terapi. Ketika rasa sakit, kebahagiaan, atau kebingungan memenuhi pikiran, menuliskan semuanya di atas kertas membantu meringankan beban.

Virginia Woolf, salah satu penulis besar abad ke-20, pernah berkata, "Setiap rahasia dari jiwa seorang penulis, setiap pengalaman hidupnya, setiap kualitas pikirannya ditulis dalam karya-karyanya. "

Dalam tulisan, kita bisa menjadi siapa saja, menciptakan dunia baru, atau sekadar mencurahkan segala rasa yang tak bisa dibendung.

Di dunia yang semakin sibuk ini, menulis juga memberikan ruang untuk refleksi. Ia memaksa kita untuk berhenti, merenung, dan mengolah pengalaman menjadi sesuatu yang bermakna. Menulis bukan sekadar mencatat, tetapi menciptakan. Kata-kata yang tertulis di buku harian, blog, atau bahkan status media sosial, adalah cara kita berkomunikasi dengan diri sendiri dan dunia.

Hidup Melalui Tulisan: Warisan Abadi

Tulisan adalah jejak yang tak pernah pudar. Pramoedya Ananta Toer, seorang maestro sastra Indonesia, adalah contoh nyata bagaimana tulisan mampu membuat seseorang tetap hidup dalam ingatan banyak orang. Karya-karyanya seperti "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa" tidak hanya bercerita tentang kehidupan, tetapi juga menjadi saksi sejarah, merekam perjuangan dan keindahan yang tidak akan pernah terlupakan.

Begitu pula dengan Anne Frank, seorang gadis muda yang kisah hidupnya di masa Holocaust diabadikan dalam "The Diary of a Young Girl." Meski Anne sendiri tidak selamat dari kengerian perang, tulisannya telah menjadi suara yang terus menggema, mengingatkan dunia tentang pentingnya kemanusiaan.

Kekuatan tulisan ada pada kemampuannya melampaui batas waktu. Apa yang kita tulis hari ini, mungkin akan dibaca oleh seseorang 10, 20, atau bahkan 100 tahun dari sekarang. Menulis adalah tindakan menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri kita, sesuatu yang bisa bertahan meski kita telah tiada.

Tidak hanya mengabadikan diri, tulisan juga menghidupkan orang lain. Kata-kata yang penuh makna dapat menginspirasi, mendidik, dan menghibur pembacanya. Buku, artikel, dan puisi sering kali menjadi teman di saat kita merasa sendiri. Dalam kata-kata yang ditulis orang lain, kita menemukan kekuatan untuk terus berjalan.

Bayangkan seorang anak muda yang membaca artikel tentang perjuangan hidup, lalu menemukan keberanian untuk menghadapi masalahnya sendiri. Atau seseorang yang merasa terinspirasi untuk mengejar mimpinya setelah membaca buku motivasi. Tulisan memiliki kekuatan untuk menggerakkan hati dan pikiran, bahkan mengubah hidup seseorang.

Sebagai penulis, kita memiliki kesempatan untuk menciptakan dampak ini. Tidak perlu menjadi seorang penulis besar untuk memberikan pengaruh. Tulisan sederhana yang tulus dari hati bisa menjadi sumber inspirasi yang luar biasa.

Menulis Adalah Perjalanan Hidup

Proses menulis sendiri adalah perjalanan yang memperkaya. Dalam setiap kata yang kita tulis, ada pembelajaran. Kita belajar memahami diri sendiri, mengolah emosi, dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Menulis mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap sekitar, untuk menangkap cerita yang sering kali tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya, menulis di Kompasiana adalah suatu bentuk perjalanan. Setiap artikel yang saya tulis, setiap ide yang saya bagikan, adalah bagian dari diri saya yang saya tinggalkan untuk dunia. Dari perjuangan menulis pengalaman, semuanya adalah upaya untuk terus hidup dalam kata-kata.

Menulis tidak harus rumit. Mulailah dari apa yang kamu tahu, dari pengalaman kecil yang mungkin terlihat sepele. Jangan takut untuk membuat kesalahan, karena dalam setiap kesalahan ada pelajaran berharga. Ingatlah, tulisanmu tidak harus sempurna untuk bermakna. Bahkan tulisan yang sederhana sekalipun bisa memberikan dampak besar bagi pembacanya.

Maka, buka laptopmu atau cukup ambil ponselmu. Tulis apa yang ada di pikiranmu. Ceritakan kisahmu, bagikan ide-idemu, dan biarkan kata-kata itu berbicara untukmu, bahkan setelah suaramu tak lagi terdengar. Dengan menulis, kau tidak hanya hidup, tetapi juga menghidupkan orang lain.

"Menulislah. Maka kau akan hidup." (Pramoedya Ananta Toer)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun