Apa sebenarnya yang kita rayakan setiap tanggal 26 Desember?
Apakah Boxing Day hanya sekadar hari belanja besar-besaran? Ataukah ada makna lain yang terselip di balik tradisi ini?
Berawal dari Inggris pada abad ke-19, Boxing Day merupakan momen berbagi. Dulunya dikenal sebagai waktu bagi para bangsawan untuk memberikan kotak hadiah kepada pelayan dan pekerja sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka sepanjang tahun.Â
Tradisi ini tidak hanya simbolis, tetapi juga sarat akan nilai-nilai Kristiani tentang kepedulian dan tanggung jawab sosial.
Namun, seiring berjalannya waktu, makna Boxing Day berubah. Dari pemberian hadiah, kini lebih dikenal sebagai ajang berburu diskon besar-besaran yang mirip dengan Black Friday di Amerika Serikat.Â
Pusat perbelanjaan menjadi lautan manusia, sementara esensi tentang berbagi seringkali tergeser oleh hiruk-pikuk konsumsi.Â
Tapi, apakah ini yang seharusnya menjadi inti dari Boxing Day?
Akar Tradisi Boxing Day
Boxing Day pertama kali muncul di Inggris pada abad ke-19, saat era pemerintahan Ratu Victoria. Nama "Boxing Day" berasal dari tradisi memberikan kotak hadiah kepada para pelayan dan pekerja sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka sepanjang tahun.
Hadiah-hadiah ini tidak hanya berupa barang atau uang, tetapi juga menyertai satu hari libur penuh untuk para pelayan, sehingga mereka dapat merayakan Natal bersama keluarga mereka. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai mendalam tentang tanggung jawab moral para bangsawan untuk memastikan kesejahteraan mereka yang melayani.