Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Survei UNESCO: 2/3 Influencer Abaikan Verifikasi Fakta?

4 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Periksa Fakta (Sumber: Unsplash/Swello)

Penting bagi influencer untuk menjadi filter informasi yang tidak hanya mengandalkan popularitas atau klik, tetapi juga mengutamakan akurasi. Mereka dapat melakukan riset sederhana atau menggunakan sumber-sumber yang kredibel sebelum memposting konten. Misalnya, merujuk pada dokumen resmi, sumber berita terverifikasi, atau ahli di bidang terkait untuk memastikan informasi yang dibagikan sesuai fakta. Tidak melulu soal jualan yang terkesan clickbait.

3. Menggunakan Pengaruh untuk Mengedukasi Audiens

Influencer dapat memanfaatkan platform mereka untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang literasi digital. Mereka bisa membuat konten yang mengedukasi audiens mengenai pentingnya memverifikasi informasi dan menggunakan platform media sosial secara bijak. Dengan cara ini, mereka berkontribusi tidak hanya sebagai penghibur atau trendsetter, tetapi juga sebagai penggerak perubahan positif dalam masyarakat.

4. Menjadi Contoh dalam Praktik Etika Digital

Dengan menjadi influencer yang mengedepankan etika digital, mereka tidak hanya memperhatikan kualitas informasi yang mereka bagikan, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap audiens. Mengedepankan empati dan tanggung jawab sosial dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat di dunia maya.

5. Kolaborasi dengan Ahli atau Sumber Terpercaya

Influencer yang lebih cerdas dapat berkolaborasi dengan ahli, institusi pendidikan, atau bahkan lembaga pemerintah untuk membuat konten yang menyajikan fakta yang sudah diverifikasi. Ini akan membantu meningkatkan kredibilitas mereka sekaligus mendekatkan mereka dengan audiens yang menghargai kualitas konten daripada sekadar popularitas.

Menjadi influencer yang cerdas berarti tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga mengedepankan integritas dan akurasi informasi. Dengan memverifikasi fakta, para konten kreator dapat berkontribusi pada terciptanya ruang digital yang lebih sehat. Ini bukan ngomongin soal membangun pengaruh, tetapi juga membangun kepercayaan.

Kepercayaanlah yang bisa bertahan lebih lama daripada tren sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun