Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Self Reward Pas Gajian, Wajib atau Justru Terjebak Doom Spending?

25 November 2024   18:45 Diperbarui: 27 November 2024   23:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajian (Sumber: Unsplash/Alexander Mils)

Yay, gajian tiba. Mau dikemanain habis ini duitnya?

Akhirnya, setelah sebulan bekerja keras, ada rasa kepuasan dan kebanggaan tersendiri yang datang dengan gaji yang diterima. Tapi, ada satu pertanyaan yang sering muncul: Apakah memberi diri penghargaan setelah gajian itu hal yang penting, atau justru menjadi jebakan doom spending? Sebagian orang merasa, setelah berbulan-bulan bekerja keras, membeli sesuatu yang diinginkan adalah cara yang sah untuk merayakan pencapaian. Tapi, hati-hati! Jika tidak bijak, self reward bisa berakhir dengan penyesalan di akhir bulan.

Apa Itu Self Reward?

Self reward adalah tindakan memberi penghargaan kepada diri sendiri untuk pencapaian atau usaha yang dilakukan, dan sering kali ini dilakukan dengan cara membeli barang atau melakukan kegiatan yang menyenangkan. Self reward biasanya dilakukan setelah mencapai suatu target, seperti selesai menyelesaikan pekerjaan besar, atau setelah gajian.

Tentu saja, memberi penghargaan kepada diri sendiri setelah bekerja keras itu bukan hal yang salah. Malah, itu bisa memberi dorongan motivasi dan membangun kebiasaan positif. Namun, masalahnya muncul ketika self reward menjadi cara untuk mengatasi perasaan cemas atau stres, tanpa pertimbangan matang tentang dampaknya pada keuangan kita. Ini bisa berujung pada doom spending, di mana kamu membelanjakan uang tanpa kontrol hanya untuk meredakan perasaan sesaat.

Doom Spending: Apa Itu dan Mengapa Berbahaya?

Doom spending adalah kebiasaan berbelanja impulsif yang dilakukan untuk mengatasi perasaan cemas atau tidak nyaman, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Dalam konteks gajian, doom spending sering sekali muncul saat kamu merasa perlu "merayakan" gajian dengan membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan, hanya untuk merasa lebih baik sesaat. Namun, begitu rasa itu hilang, kamu mungkin malah merasa lebih buruk karena terjerat dalam hutang atau menyesali pengeluaran yang tidak bijak.

Tanda-tanda doom spending bisa kamu kenali, misalnya:

  • Kamu membeli barang hanya karena sedang "mood" belanja, tanpa benar-benar membutuhkan barang tersebut.
  • Setelah berbelanja, kamu merasa penyesalan datang, namun tetap melakukannya lagi bulan depan.
  • Terkadang, kamu merasakan adanya kecemasan atau stres yang tidak kunjung hilang meskipun sudah berbelanja.

Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Doom Spending?

Salah satu alasan kenapa banyak orang terjebak dalam doom spending adalah karena mereka menggunakan belanja sebagai cara untuk mengatasi stres atau cemas. Setelah berbulan-bulan menunggu gaji, ada dorongan kuat untuk menghabiskannya sebagai bentuk penghargaan diri. Apalagi berada di bawah tekanan kerja itu sangat memengaruhi kondisi mental pribadi seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun