Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie yang gemar menulis

Pemerhati media dan seisi kata-katanya.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI Dalam Industri Musik: Peluang atau Ancaman?

21 November 2024   11:00 Diperbarui: 21 November 2024   11:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengatur Instrumen Musik (Sumber: Unsplash: Marcela Laskoski)

Apa jadinya jika kecerdasan buatan (AI) menjadi komponis, produser, bahkan penyanyi di dunia musik?

Bayangkan jika komputer bisa menciptakan lagu hits yang tak kalah dengan karya musisi ternama---apakah itu mungkin? Kecerdasan buatan (AI) telah merambah industri musik dengan kekuatan yang luar biasa, mampu menghasilkan melodi otomatis, membuat remix, bahkan mensimulasikan gaya musisi legendaris. Dari platform seperti OpenAI's MuseNet hingga AIVA, AI kini menjadi 'komposer' digital yang mampu menciptakan karya musik dalam berbagai genre, dari klasik hingga pop.

Namun, dengan semua kemajuan ini, muncul pertanyaan yang tak kalah besar: Apakah AI membuka peluang baru yang tak terbatas dalam dunia musik, atau justru menantang kreativitas manusia dan mengguncang pekerjaan para musisi?

Dengan potensi untuk mengganti bahkan menyempurnakan banyak aspek produksi musik, AI siap mengubah lanskap industri---tapi apakah itu perubahan yang membawa kemajuan atau justru ancaman bagi para pelaku seni musik itu sendiri?

Peluang yang Ditawarkan AI dalam Musik

AI telah membuka berbagai pintu baru dalam dunia musik, menawarkan peluang yang sebelumnya sulit dibayangkan. Sebagai teknologi yang terus berkembang, AI kini bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi juga menjadi mitra kreatif dalam proses penciptaan musik. Dengan kemampuannya yang luar biasa untuk menganalisis data dalam jumlah besar dan belajar dari pola yang ada, AI bisa membantu musisi, produser, dan bahkan pendengar menemukan hal-hal baru dalam dunia musik. Salah satu keuntungan terbesar yang ditawarkan AI adalah kemampuannya untuk menciptakan musik baru dalam waktu yang sangat singkat.

1. Menciptakan Musik Baru dalam Sekejap

Bayangkan AI sebagai asisten kreatif yang bisa menciptakan musik dalam hitungan menit! Dengan algoritma pembelajaran mesin, AI mampu menghasilkan melodi, harmoni, bahkan lirik yang dapat menjadi fondasi untuk sebuah lagu baru. Ini sangat berguna bagi musisi atau produser yang sedang mengalami kebuntuan kreatif atau butuh bahan mentah untuk memulai lagu. Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam mencari inspirasi, musisi bisa menggunakan AI untuk menghasilkan ide-ide awal yang siap dikembangkan dan disesuaikan dengan gaya pribadi mereka. Dengan AI, batasan kreativitas tak lagi ada!

2. Otomasi Produksi yang Lebih Cepat dan Tepat

Proses produksi musik, terutama mixing dan mastering itu memakan waktu dan memerlukan keahlian tinggi. Namun, dengan ketersediaan AI, semua itu bisa dilakukan lebih cepat dan dengan hasil yang konsisten. Misalnya, software seperti iZotope Ozone memanfaatkan AI untuk mengotomatiskan proses seperti penyesuaian level suara, panning, hingga equalization---semuanya dilakukan dengan tingkat presisi tinggi dan sedikit intervensi manusia. Hasilnya? Suara yang lebih profesional dalam waktu singkat, memberi produser lebih banyak waktu untuk fokus pada kreativitas mereka.

3. Musik yang Didesain Khusus untuk Pendengar

Bayangkan musik yang sepenuhnya disesuaikan dengan selera dan emosi Anda---AI menjadikannya mungkin! Dengan menganalisis kebiasaan mendengarkan, AI dapat menciptakan playlist yang tidak hanya sesuai dengan minat pengguna, tetapi juga bisa menghasilkan lagu yang disesuaikan dengan preferensi emosional atau gaya hidup mereka. Platform seperti Spotify sudah mulai memanfaatkan algoritma AI untuk rekomendasi lagu, dan di masa depan, kita bisa melihat AI menciptakan musik yang benar-benar personal, menghadirkan pengalaman mendengarkan yang lebih intim dan unik bagi setiap pendengar.

Namun, di balik ketiga peluang tersebut, apakah ada ancaman yang bisa menghambat kreativitas originalitas manusia?

Ancaman AI dalam Industri Musik: Kreativitas yang Terancam?

Seiring dengan semakin majunya teknologi AI dalam industri musik, muncul kekhawatiran yang tak kalah besar. Apakah AI akan menghapus nilai kreativitas manusia dalam musik? Bagaimana dengan keberlanjutan karier musisi di dunia yang semakin didominasi oleh algoritma? Meskipun AI dapat membuka peluang baru, ada banyak suara yang meragukan dampak jangka panjangnya, terutama dalam hal seni dan pekerjaan manusia. Beberapa pertanyaan kritis mulai muncul: Apakah AI akan menggantikan seniman manusia atau justru menjadi ancaman bagi keberagaman musik yang kita kenal?

1. Mengurangi Unsur Kemanusiaan dalam Musik

Salah satu ancaman terbesar yang muncul dengan penggunaan AI dalam musik adalah hilangnya "sentuhan manusia" yang selama ini menjadi jiwa dari sebuah lagu. Meskipun AI dapat menciptakan komposisi yang terdengar indah, musik yang dihasilkan oleh mesin sering kali tidak memiliki kedalaman emosi yang tercipta dari pengalaman hidup manusia. Tanpa adanya rasa atau konteks kehidupan pribadi, musik yang diciptakan oleh AI mungkin terasa kosong, kehilangan makna yang dalam.

2. Menggantikan Pekerjaan Musisi dan Profesional Kreatif

AI berpotensi mengancam keberlanjutan pekerjaan musisi, produser, dan profesional kreatif lainnya. Dengan kemampuan AI untuk menciptakan musik otomatis dan mengotomatisasi proses produksi, banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia dapat digantikan oleh mesin. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apa nasib para musisi dan produser yang telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mengasah keterampilan mereka? Dapatkah mereka tetap relevan di dunia yang semakin dipenuhi oleh kecerdasan buatan?

3. Dominasi Algoritma yang Membatasi Keanekaragaman Musik

Selain itu, penggunaan AI yang semakin meluas juga dapat mempersempit keberagaman musik yang ada. Algoritma AI biasanya dilatih menggunakan data yang ada, yang bisa mempengaruhi hasil musik yang dihasilkan---terutama jika algoritma hanya berfokus pada genre atau pola populer yang sudah ada. Dengan kata lain, AI cenderung menciptakan musik yang aman dan mudah diterima, mengabaikan keberagaman dan eksperimen yang sering menjadi fondasi inovasi dalam musik.

Salah satu contoh nyata kecanggihan AI dalam industri musik terlihat pada video intro BABYMONSTER yang dirilis dalam 4 bulan yang lalu. Di mana teknologi kecerdasan buatan digunakan untuk menciptakan suara yang hampir identik dengan penyanyi asli. Intro BABYMONSTER aslinya hanya sekilas pendek yang biasa digunakan untuk opening Fan Meeting. Nah, gokilnya, AI berhasil menyamakan timbre, nada, dan gaya vokal member BABYMONSTER dalam intro tersebut; menciptakan ilusi seolah-olah suara yang terdengar benar-benar berasal dari mereka. 

Ini bukan hanya soal teknologi yang meniru suara manusia, tetapi juga soal bagaimana AI dapat menangkap nuansa dan ekspresi vokal yang sangat khas. Dalam video tersebut, pendengar bisa merasakan bagaimana mesin mampu meniru teknik bernyanyi dan emosi yang biasa ditampilkan oleh penyanyi aslinya. Ini dapat membuka kemungkinan baru dalam pembuatan musik, di mana suara seorang artis bisa "dihidupkan" tanpa keterlibatan langsung.

Dengan segala peluang luar biasa yang ditawarkan, kecerdasan buatan (AI) jelas memiliki potensi besar untuk merevolusi industri musik. Mulai dari menciptakan musik dalam hitungan menit, mengotomatisasi produksi, hingga menciptakan pengalaman musik yang lebih personal, AI membuka jalan bagi inovasi yang sebelumnya tidak terbayangkan. Namun, di balik kemajuan teknologi ini, kita juga harus berhati-hati dengan dampak negatif yang dapat ditimbulkannya---baik dalam hal mengurangi unsur kemanusiaan dalam musik, mengancam pekerjaan musisi, hingga mengurangi keberagaman dalam karya yang dihasilkan.

Sebagai masyarakat yang mencintai seni, kita harus bijak dalam menyikapi perkembangan ini. AI bisa menjadi mitra yang luar biasa dalam proses kreatif, asalkan kita tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai yang mendasari seni itu sendiri. 

Ketika AI bisa meniru suara dan gaya manusia, ia tidak akan pernah mampu menggantikan keunikan, perasaan, dan cerita yang dibawa oleh manusia dalam setiap karya musik yang tercipta. AI mungkin membuka pintu baru, tetapi kita sebagai pecinta seni musik harus memastikan bahwa pintu itu tidak menutup peluang bagi kreativitas sejati.

Kehebatan seperti ini menimbulkan pertanyaan tentang batas antara karya manusia dan mesin---apakah kita sudah siap menerima AI sebagai pencipta musik sejati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun