Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tema Tersembunyi dari Istilah Women Support Women (1)

11 November 2024   13:20 Diperbarui: 11 November 2024   13:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Women Support Women in Digital Media (Sumber: Penulis)

Apa yang kamu pikirkan setiap kali mendengar istilah "women support women"? Mungkin kamu sudah sering mendengarnya di berbagai platform, mulai dari media sosial hingga seminar dan diskusi komunitas. Sayangnya, frasa ini sering kali terjebak menjadi sekadar jargon yang terdengar "keren" tapi kurang menyentuh pada makna aslinya. Di beberapa komunitas urban, masih ada anggapan bahwa perempuan yang mendukung perempuan lain cenderung melakukan itu atas dasar kepentingan pribadi atau pencitraan. Ini membuat banyak perempuan ragu untuk benar-benar mendukung perempuan lain secara tulus karena takut dinilai tidak autentik atau bahkan manipulatif, yang membuat konsep ini kurang maksimal diimplementasikan.

Selain itu, budaya patriarki yang masih menjamur di beberapa sektor membuat perempuan tidak selalu merasa nyaman mendukung perempuan lain. Sebab adanya pandangan bahwa posisi perempuan dalam lingkungan kerja atau media sosial masih terbatas. Misalnya, beberapa perempuan mungkin enggan menunjukkan dukungan terbuka bagi perempuan lain yang mengalami diskriminasi atau pelecehan karena khawatir mendapat stigma atau perlakuan serupa dari lingkungan yang didominasi nilai-nilai patriarki.

Terutama di media sosial. Istilah women support women sering digunakan sebagai tagar tanpa aksi nyata yang mengikuti. Banyak postingan yang mendorong solidaritas ini hanya berupa kata-kata dukungan tanpa membangun komunitas atau aksi nyata. Hal ini membuat makna mendalam dari konsep tersebut sering tereduksi menjadi sekadar kampanye online tanpa dampak di dunia nyata.  

Social Media Support (Sumber: Penulis)
Social Media Support (Sumber: Penulis)

Penulis pernah melakukan penelitian terhadap komunitas digital @PerempuanBerkisah di Instagram. Sebuah platform terbuka yang dirancang untuk memberdayakan perempuan melalui narasi pengalaman pribadi dan dukungan sosial, khususnya bagi korban Kekerasan Siber Berbasis Gender. Komunitas ini memiliki visi menciptakan ruang aman bagi perempuan yang ingin berbagi cerita tentang pengalaman kekerasan yang mereka alami, baik secara anonim maupun terbuka.

Artikel ini hendak menyampaikan bagaimana tema-tema sentimen warganet terhadap konten sekstorsi di akun @PerempuanBerkisah. Analisis ini bisa menjadi pemahaman baru yang mendalam tentang persepsi publik, serta memberikan wawasan bagi komunitas dan pembuat kebijakan mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan dukungan sosial dan perlindungan hukum bagi korban kekerasan berbasis gender.

Dukungan Moral untuk Korban

Dukungan Moral untuk Korban (Sumber: Penulis)
Dukungan Moral untuk Korban (Sumber: Penulis)
Tema dukungan seperti harapan dan apresiasi menjadi salah satu tema utama yang muncul dalam perbincangan warganet terkait isu sekstorsi di akun Instagram @PerempuanBerkisah. Ungkapan solidaritas menjadi cerminan warganet untuk memberikan dorongan emosional kepada korban, baik secara pesan moral (simpati) maupun aksi tindakan (empati). Warganet secara aktif menyuarakan dukungan moral untuk memperkuat posisi korban agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi situasi sulit ini. Bentuk dukungan ini mencerminkan adanya kesadaran yang semakin meningkat terhadap dampak psikologis dari Kekerasan Siber Berbasis Gender. 

Baca juga: Apa Itu Diglosia?

Frasa yang mengandung dukungan seperti "peluk erat" dan "Tuhan bersamamu" menggambarkan bagaimana publik mengakui beratnya pengalaman yang dialami korban, serta berusaha menunjukkan simpati yang dalam melalui media sosial Instagram. Bentuk dukungan ini mencerminkan adanya kesadaran yang semakin meningkat terhadap korban perempuan yang terkenda dampak psikologis dari Kekerasan Siber Berbasis Gender. 

Berikut contoh-contoh komentar yang mengandung tema dukungan kepada korban:

"Peluk sender erat-erat. Semoga Tuhan selalu melindungi kamu, semoga kamu mendapatkan keadilan dari kasus ini. Terlebih semoga pelaku bisa mendapatkan hukuman. Cepat pulih sender, you deserve all the good things in this world."

"Peluk sender dari jauh... Tetap kuat, tetap bertahan ya. Terima kasih sudah mau cerita & ndak (tidak) menyimpan ketakutanmu sendirian. Semoga sender bisa mengalihkan pikiran dengan mencari kegiatan yang menyenangkan & menyibukkan waktu sender agar ndak terus fokus dan larut ketakutan pada ancaman pelaku.."

"Ya Allah, semoga Mbaknya baik-baik saja, peluk hangat dari jauh."

"Hai sender. Selagi kamu masih sekolah, fokus ke pendidikanmu aja dan banyak lakuin hal positif. Jangan kasih akses buat cowo kayak gitu lagi. Jadikan pembelajaran. Ngga mudah, Nder, out dari hubungan toxic. Semangat."

Di samping rasa harapan dukungan warganet agar masalah korban atau pengirim cerita (sender) cepat selesai, warganet juga menunjukkan apresiasi terhadap keberanian korban yang berani berbicara tentang kisah nyatanya. Komentar seperti "menerima kenyataan" atau "kami menghargai keberanianmu" mengungkapkan kekaguman terhadap para korban yang memilih untuk berbicara di tengah tekanan sosial yang mungkin saja korban malu atau takut untuk bersuara. Apresiasi ini penting karena menciptakan ruang yang aman bagi korban untuk membagikan cerita mereka tanpa takut akan stigma atau penilaian negatif dari masyarakat 

Ungkapan akan dukungan juga meluas kepada para aparat dan penegasan aturan hukum di Indonesia. Warganet mendukung penuh korban untuk mereka dapat lebih terbuka melaporkan kasus kekerasannya ke pihak hukum. Frasa dukungan seperti "semoga pelaku dihukum" atau "semoga keadilan ditegakkan" mencerminkan harapan besar masyarakat akan adanya perubahan sistem hukum yang lebih tegas terhadap pelaku kekerasan berbasis gender. Dukungan yang berprinsip keadilan hukum bagi korban ini juga melihat kepada keaktifan para aparat hukum yang dapat mempertegas hukuman bagi pelaku kekerasan siber. 

Harapan tersebut mencerminkan optimisme bahwa dengan adanya diskusi terbuka di media sosial, masyarakat dapat lebih sadar dan peduli terhadap masalah kekerasan siber dan hubungannya dengan kejelasan hukum yang ada di Indonesia.  Berikut contoh-contoh komentar yang menunjukkan dukungan warganet kepada korban maupun aparat hukum:

"Mohon ditindaklanjuti divisihumaspolri. Kasusnya sudah parah banget nih, Pak."

"Dear sender, kalau tentang foto tanpa wajah sih aku kurang ngerti, tapi yang jadi masalah dan bisa banget dibawa ke jalur hukum itu adalah tindakan pelaku yang melakukan pengancaman terhadap kamu. JANGAN TAKUT!! Pelaku sedang mencoba mengintimidasimu dengan bilang kalau dia tidak takut atas laporanmu. Saranku, teruskan laporanmu, prosesnya akan panjang dan memakan pikiran, waktu, dll. Tapi keamananmu layak kamu perjuangkan. Gak ada orang yang gak takut kalau udah berurusan dengan hukum." 

Melalui perpaduan antara dukungan, harapan, serta apresiasi, warganet bukan hanya memberikan pengakuan kepada para korban, tetapi juga membantu membangun kesadaran publik tentang pentingnya menghentikan kekerasan siber berbasis gender. Kesatuan solidaritas ini menjadi bukti bahwa masyarakat memiliki potensi besar dalam meraih dukungan publik. Tema sentimen dukungan moral untuk korban menunjukkan bahwa isu ini telah menjadi perhatian serius di masyarakat, terutama para perempuan dalam memberikan efek dukungan publik yang lebih luas.

Tema women support women ini akan berlanjut ke part 2. How do you think?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun