Alih-alih penulis zaman sekarang lebih cenderung mempraktikkan bahasa lisan ke dalam tulisan. Padahal, itu sama sekali tidak boleh disamaratakan dengan bahasa tulisan. Sama halnya dengan susunan dialek tinggi dan rendah yang memiliki fungsinya masing-masing.
Dampak sebagai masyarakat informasi juga seringkali terjadi pada penulisan takarir media sosial. Apa yang biasanya Kompasianer gunakan? Ragam bahasa dengan dialek tinggi, rendah, atau keduanya?
Salam, Tesalonika.
Referensi:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
2. Astuti, Widi. 2017. Diglosia Masyarakat Tutur Pada Penggunaan Bahasa Arab (Kajian Kebahasaan Terhadap Bahasa Fusha Dan Bahasa 'Amiyah Dilihat Dari Perspektif Sosiolinguistik). https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/download/29/10.
3. Nuryahya. 2012. Bilingualism and Diglosia. slideshare.net.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H