Mohon tunggu...
Tesalonika
Tesalonika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lahir sebagai penulis dasar

Pemerhati media dan seisi kata-katanya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hati-hati Kalau Bermain Media Sosial, Jangan Sampai Data Pribadimu Bocor!

3 November 2021   07:25 Diperbarui: 3 November 2021   07:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bermain Media Sosial /  sumber: pexels.com

Kebanyakan orang berpikir bahwa mengabadikan foto di media sosial merupakan suatu hal yang keren. Apalagi rela membagikan peristiwa-peristiwa penting yang kelak akan menjadi kenangan di masa lampau.

Namun, apa yang sedang terjadi di era informasi sekarang? Apakah dengan aktivitas berselancar di media sosial akan memberikan kepuasan lebih bagi pengguna? Bagaimana dengan keuntungan perusahaan saat berhasil mendapatkan data-data perilaku pengguna?

Saya pernah mencoba untuk tidak terhubung dengan media sosial dalam sepekan. Kegiatan mengunggah foto pribadi, tidak memberikan komentar pada post-post yang menarik, dan membagikan kata curahan hati, sengaja saya berhentikan.

Ilustrasi Bermain Media Sosial /  sumber: pexels.com
Ilustrasi Bermain Media Sosial /  sumber: pexels.com

Ketika saya sadar bermain media sosial dalam jangka panjang itu tidak baik untuk kesehatan mental, akibatnya merasa jauh dari rasa kepedulan atas lingkungan terdekat. Saya menjadi apatis terhadap lingkungan sekitar dan justru menghambat proses saya untuk menggali hobi menulis lebih dalam.

Walaupun saya merasa bahwa media sosial itu justru membantu saya untuk mendapatkan konten, tetapi pembatasan media sosial merupakan suatu hal yang wajar dalam usia produktif.

Saya tidak sendiri. Saya pikir teman-teman Kompasianer juga merasakan hal yang sama; ingin lepas dari dunia media sosial. Ada sekitar seratus juta pengguna Facebook Indonesia yang tetap aktif media sosial.

Dengan fakta yang mengejutkan bahwa Facebook pernah mengalami kebocoran data privasi pengguna. Sebagai pengguna, pernahkah anda takut terhadap penyalahgunaan data pribadi? Ditambah dengan kita yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup terhadap perlindungan data diri.

Ilustrasi Bermain Media Sosial /  sumber: pexels.com
Ilustrasi Bermain Media Sosial /  sumber: pexels.com

Kementerian Komunikasi dan Informatika, menurut Sammy, belum bisa memblokir Facebook karena belum menemukan pelanggaran berat pada Facebook.

"Jika nanti ada penelusuran pengguna, yang datanya disalahgunakan itu, ditemukan ada unsur pemaksaan oleh Facebook, pemblokiran langsung kami proses," katanya.

Sekilas informasi, ada jenis data pengguna yang dapat dan tidak dapat diambil. Misalnya, kalau kita masuk ke laman Facebook dan ingin mengunggah postingan, di sana bakalan ada pilihan pengaturan privasi: publik, teman, teman kecuali, teman tertentu, dan hanya saya.

Jenis data lain yang bisa anda perhatikan, yaitu unggahan status, foto, dan isi chat dengan komunikan (penerima pesan). Hal inilah yang merupakan jaminan besar bagi perusahan media untuk tidak boleh membocorkan data-data tersebut.

Lalu, apa aja sih data-data pengguna yang biasanya diambil oleh media sosial demi mengembangkan bisnisnya?

Saya ambil contohnya media sosial Facebook. Perusahaan yang ingin berganti nama menjadi Meta ini merekam aktivitas pengguna pada saat registrasi akun, foto profil, konten yang dibuat dan dibagikan. interaksi pesan yang dilontarkan oleh pengguna, lokasi dan tanggal pembuatan postingan, dan durasi (berapa lama) pengguna berselancar di dunia maya.

Sebenarnya masih banyak rekaman lainnya yang Facebook ambil. Apakah tindakan yang bisa kita ambil? Akankah kita harus membuat identitas palsu sehingga kita bisa merasa nyaman kalau suatu hari mengalami kebocoran data 'lagi'?

Doktor lulusan University of Manitoba tahun 1997, Budi Rahardjo, mengungkapkan bahwa pencegahan dengan membuat identitas palsu justru tidak boleh dilakukan. Aktivitas tersebut justru memperkeruh tindakan negatif di media siber; membuat hoaks atas identitas pribadi.

Dia berkata, "Sebaiknya tetap identitas asli, tapi diproteksi dan beraktivitas di media sosial seperlunya."

Salam,

Tesalonika.

Referensi:

Pusat Data dan Analisa Tempo. 2020. Besar Berkat Media Sosial dan Tagar. Penerbit Tempo Publishing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun