Mohon tunggu...
teruslanjut
teruslanjut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Review Hotel Cilacap: Dekat Pantai Teluk Penyu (Eps 6)

31 Maret 2017   17:59 Diperbarui: 1 April 2017   06:36 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hotel Teluk Penyu ada dua -- lokasinya berseberangan. Hotel yang kami singgahi terletak di sebelah kanan jalan dari arah Jalan Jenderal Sudirman. Bu Sumi, selaku pengurus hotel langsung menyambut kami dengan hangat. Ia menawarkan antara dua kamar – kamar 11 dan kamar 12 – untuk kami tempati, dan akhirnya kami putuskan memilih kamar 11 karena terlihat lebih lapang untuk ekstra bed, juga karena ACnya yang terasa lebih dingin. Ketika kami melihat kondensornya, ternyata AC itu bermerk LG dengan kondisi baru, berbeda dengan kamar sebelah yang merknya kurang populer dan tidak terlalu dingin. Tapi sayang, remote AC di kamar kami tidak berfungsi sama sekali. Bacaan di remotenya pun bukan LG, melainkan Joker.

Ekstra bed yang kami pesan sejak semalam ternyata belum ada, tetapi seorang petugas langsung sigap memasang Kasur tambahan sembari memberi selimut dan sabun. Sambil menunggu kasur tambahan, bu Sumi menyuguhi kami nampan berisi kopi, termos, air putih, gula, dan beberapa gelas serta cangkir. Keramahan Bu Sumi cukup membuat impresi pertama kami di hotel ini baik.

Kamar yang kami tempati memiliki dua kasur utama dan kamar mandi standar. Baunya kurang nikmat, bahkan Temon sempat mengeluhkan bau kecoa di meja. Ya, ada meja TV di kamar ini beserta TV 14 inch jadul yang tidak pernah kami sentuh. Kemudian juga ada sebuah lemari dan dua lampu tidur di atas masing-masing Kasur utama.

Berikutnya, ada meja kecil dan gantungan pakaian di balik pintu. Hotel ini bertingkat dua dan kami mendapatkan kamar di lantai dasar. Di depan kamar kami ada semacam teras-terasan dengan dua kursi dan meja kopi. Hotel ini lebih tampak seperti kos-kosan eksklusif karena lokasi kamar dan privasinya ya layaknya sebuah kos eksklusif.

Hotel ini juga menyediakan wifi dan sarapan. Sayangnya, wifi hotel ini sedang tidak bekerja saat kami singgahi. Sedangkan untuk sarapan kami dapat roti bakar selai srikaya, telor rebus, dan kopi atau teh, cukup membuat pagi kami bersemangat. Satu hal yang menjadi fokus kami adalah keberadaan mushola yang terletak di lantai dasar – berseberangan dengan kamar kami. Ohiya, untuk kasur, hotel ini memakai kasur pegas yang kondisinya kurang baik, juga selimut yang khas losmen murahan. Sebuah lukisan kecil yang terpampang di dinding tidak memberi tambahan nilai estetika di kamar ini.

Namun ya untuk ukuran satu kamar berempat dengan ekstra bed dan sarapan serta penjelasan di atas – dengan tarif Rp 245.000 -- cukup membuat kami tersenyum.

Ohiya, Temon sempat merasakan migrain yang cukup parah, tapi untungnya bisa dikendalikan oleh pasukan Bodrex.

Episode kami akhiri di sini untuk selanjutnya bersiap melihat kehidupan Cilacap malam hari…. (teruslanjut)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun