Mohon tunggu...
Novia Permata Sari
Novia Permata Sari Mohon Tunggu... -

Penikmat seni, tertarik mengenai isu tentang anak-anak dan lingkungan hidup, sedang belajar jurnalisme

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Heritage Camp 2013, Mengupayakan Konservasi Budaya yang Kreatif oleh Pemuda

2 Maret 2013   00:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_239591" align="alignnone" width="300" caption="Peserta foto bersama seusai sesi dengan Djaduk Ferianto"][/caption] [caption id="attachment_239593" align="alignnone" width="300" caption="Peserta dan Panitia bersiap untuk field trip ke Kotagede"]

13621857441642127171
13621857441642127171
[/caption] Yogyakarta- Seperti kata Garin Nugroho dalam salah satu sesi di Heritage Camp 2013, “berhubung di Indonesia ada banyak hambatan dalam startegi kebudayaan maka kita juga harus membuat banyak solusi”. Dan, memang karena itu pula Heritage Camp 2013 ini diwujudkan untuk mengajak pemuda dalam upaya konservasi budaya yang kreatif.

Senin malam (25/2) merupakan acara puncak sekaligus penutupan dari kegiatan Heritage Camp 2013. Sebelumnya, serangkaian kegiatan Heritage Camp 2013 yang mengusung tema “Konservasi Kreatif oleh Pemuda” telah digelar mulai dari Jumat (22/2). Heritage Camp 2013 mengajak pemuda dari seluruh nusantara untuk memahami dan menganalisis potensi maupun hambatan pusaka di nusantara. Dengan demikian, pemuda dapat menciptakan actionplan untuk melestarikannya dengan kreatif yang sesuai dengan pola pikir dan minat anak muda kekinian.

Heritage Camp 2013 diselenggarakan oleh sekelompok mahasiswa UGM dan Lontara Project. Acara ini disponsori oleh American Council dan didukung oleh AFS Bina Antarbudaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang baru kali pertama diselenggarakan mendapatkan antusias tinggi dari calon peserta yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Terdapat sekitar 270 pendaftar yang mengirimkan karya tulis mereka mengenai isu budaya terlebih upaya konservasinya. Dan, hanya 35 peserta diantara mereka yang akhirnya dapat bergabung dalam Heritage Camp 2013. Peserta terpilih kemudian mengikuti serangkaian acara Heritage Camp 2013 di Pondok Ambarbinangun, Bantul, D.I. Yogyakarta yang juga merupakan cagar budaya warisan Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dari hari pertama, peserta diperkenalkan identifikasi budaya atau pusaka oleh Arkeolog sekaligus pengajar di Universitas Gadjah Mada, Daud Tanudirjo. Kemudian lecturing serta workshop terkait naskah kuno nusantara oleh Filolog, Sinta Ridwan. Selain itu, peserta juga diajak untuk mengenal konservasi kreatif melalui film yang diisi oleh Garin Nugroho (Sutradara), musik oleh Djaduk Ferianto (Seniman), dan komik oleh Is Yuniarto (Komikus), serta seni rupa oleh Suwarno Wisetotromo(Pengajar Prodi Seni Rupa ISI Yogyakarta). Peserta juga dituntut untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian pusaka khususnya pada Tahun Pusaka Indonesia (TPI) 2013. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua TPI 2013, Laretna Adishakti.

Peserta Heritage Camp 2013 mendapatkan kesempatan langsung untuk menerapkan konservasi kreatif pada salah satu bangunan di kawasan cagar budaya Kota Gede yaitu Omah UGM. Dalam Heritage Camp 2013, merekajuga berhasil merancang actionplan untuk melestarikan pusaka yang ada di daerah masing- masing. Rancangan ini diharapkan dapat diwujudkan dalam World Heritage Day yakni pada tanggal 18 April 2013.

Puncak acara Heritage Camp 2013 merupakan malam budaya atau Cultural Night yang menyuguhkan keberagaman budaya khususnya pakaian adat yang dikenakan setiap peserta. Mereka juga menunjukan ketrampilan mereka dalam mementaskan budaya daerah masing- masing. Pementasan dikemas ‘apik’ dengan mengadaptasi cerita Ramayana (Lakon Rama-Shinta). Pementasan juga dibumbui komedi, paduan suara, dan puisi bilingual (jawa-padang). Selain pagelaran Ramayana oleh peserta, Cultural night juga diisi oleh penampilan dari ‘La Galigo Music Project’ dengan kreasi musik-tarian yang diiringi kolaborasi alat musik tradisional dan modern.(nps)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun