Mohon tunggu...
Terry Te
Terry Te Mohon Tunggu... -

~ hanya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Bunda

25 Maret 2012   12:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai bacaan novelku pagi ini. Penghilang jenuh setiap hari sembari menunggu dokter dan suntikan obat, di atas ranjang rumah sakit ini.

Pintu terbuka. Itu Bagas 18 tahun. Anakku. Kami berpelukan. Beruntung kakiku saja yang lumpuh.

Melepaskan diri, Bagas keluar ruangan.

Jeda waktu terdengar ketukan jendela kaca. Bagas dan balon berwarna kuning. Setelah mendapat perhatianku, dilepasnya semua.

Kembali dia masuk dan memelukku. Bercerita yang dilakukannya tadi.

“Kemarin kulihat pelangi tapi tak terlihat warna kuning .”

Aku menunggu.

“Kulepaskan tadi agar warna kuning menyempurnakan warna pelangi.Agar senyum Bunda selalu sempurna seperti lengkung dan indah warna pelangi.”

“Aku sayang Bunda.”

Kubalas sayangnya dengan bahasa isyarat juga, cara kami berkomunikasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun