Mohon tunggu...
Sepfian Herdyanto
Sepfian Herdyanto Mohon Tunggu... -

The Man who is reaching for his Big Dreams ;)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dominasi Orang Tua: Kebaikan atau Kebebasan?

3 Januari 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:39 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah perjuangan..

Yah, mungkin kalimat klise itu ada benar.. Kita berjuang dlm byk hal dlm hidup.. Kita berjuang utk bertahan hidup, kita berjuang utk mendapatkan keinginan kita, dan terutama kita berjuang utk mendapatkan kebebasan..

Bila memperhatikan sejarah, kita akan melihat bahwa manusia telah berjuang dgn berbagai peperangan utk mendapatkan kebebasan, baik itu kebebasan politik maupun agama..

Mengutik kalimat Erich Fromm, bahwasanya ketika kebebasan itu sdh didapatkan kita cenderung lari dari padanya.. Kita takut akan kebebasan.. Kita takut akan konsekuensi dr kebebasan itu sndr..

Kebebasan yg saya bahas di postingan kali ini adalah mengenai kebebasan kita dlm menentukan arah hidup kita sndr.. Lebih spesifiknya lg mengenai hubungan kita dgn org tua kita..

***

Sudah menjadi kecenderungan umum bahwa orang tua kita menginginkan yg terbaik bagi kita.. Dan seringkali mereka mengatur dan mengendalikan hidup kita atas apa yg terbaik bagi kita..

Terlepas dr baik-buruk dan benar-salah pilihan mereka, hal itu sebenarnya sudah melanggar kebebasan kita.. Atau mungkin kita memang sengaja menyerahkan kebebasan itu pd orang tua kita, karena kita masih terlalu naif, atau kita takut akan kebebasan untuk menentukan pilihan!?

Mengutik kembali perkataan Erich Fromm, seorang psikoanalis legendaris dalam bukunya The Art of Listening, bahwasanya proses menuju kedewasaan diri selalu berkaitan dgn 'pemberontakan' kita atas dominasi orang tua..

Sebagai contoh dahulu ada seorang klien nya yg bernama Anne.. Anne adalah seorang anak tunggal dr keluarga yg berada, dan dia menikah dgn seorang pengusaha sukses.. Sekilas tdk ada yg salah dgn pernikahannya.. Dia seorang istri pengusaha kaya yg tampan, dan dia pun aktif dlm beberapa kegiatan sosial, tapi dia merasa ada yg tdk beres dgn hidupnya hingga dia konsultasi pd seorang dokter yg kemudian merekomendasikannya pd Erich Fromm..

Berminggu2 terapi, Fromm bs mengetahui inti permasalahanny dr mimpi2 Anna.. Ada salah satu mimpi di mana Anna melihat ibu nya memakai baju pengantin, dan duduk berdampingan dgn suaminya..

Hal tsb mudah ditafsirkan, bahwa sebenarnya bkn Anna lah yg menikah dgn suaminya yg skrg, namun ibunya.. Karena dia pasrah menyerahkan keputusan itu pd ibunya sedari awal..

Bukan mslh pernikahan saja, namun hampir semua aspek hidupny, seperti pendidikan,dll..

***

Intinya kehidupan adalah milik kita sndr, dan hanya kita lah yg berhak menentukan yg terbaik bagi dr kita.. Orang tua boleh memberikan kasih sayang dan 'penghidupan', namun masalah kehidupan, atau jalan hidup adalah di tangan kita sepenuhnya..

***

Anak-anakmu bknlah anak-anakmu
Mereka adalah anak2 kehidupan yg rindu akan dirinya sndr
Mereka trlahir melalui engkau, tapi bkn darimu
Meskipun mereka ada brsamamu, tapi mereka bkn milikmu

Pada mereka engkau dpt memberikan cintamu, tapi bkn pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sndr
Engkau bs merumahkan tubuh2, tapi bkn jiwa mereka
Karena jiwa2 itu tinggal di rumah hari esok, yg tdk pernah dpt engkau kunjungi meskipun dlm mimpi
Engkau bs menjadi sperti mereka, tp jangan coba menjadikan mereka spertimu
Karena hdp tdk brjalan mundur dan tdk pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur2 tempat anak2mu menjadi anak2 panah yg hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dgn kekuatanny sehingg anak2 panah itu dpt meluncur dgn cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sbg kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak2 panah yg terbang, maka ia jg mencintai busur yg telah meluncurkannya dgn penuh kekuatan


(Gibran)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun