Mohon tunggu...
Sepfian Herdyanto
Sepfian Herdyanto Mohon Tunggu... -

The Man who is reaching for his Big Dreams ;)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zen dan Manfaatnya dalam Berinteraksi dengan Orang Lain

22 Desember 2009   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam situasi hidup dan mati, saat saling menghunus pedang dgn musuh, di manakah seharusnya seorang samurai menempatkan pikirannya?


Sebuah pertanyaan yg sangat provokatif, yg dijabarkan Takuan Soho, seorang biksu Zen, dlm suratnya kepada Yaghu Munenori, salah satu pesaing utama Miyamoto Musashi pd masanya. Surat yg katanya sangat diidam2kan oleh Musashi.

Sudah umum saat itu, penyatuan Zen dgn seni pedang tak dapat dipisahkan, krn manfaat prinsip dan praktek dr Zen tsb bagi seorang samurai yg berguna saat bertarung dgn lawan.

Dan juga manfaat Zen ini pun penulis rasa berguna jg bila dipraktekkan dlm kehidupan sehari2, lebih spesifiknya dalam interaksi dgn org yg baru kita kenal, bukan hanya bagi samurai yg sedang bertarung mempertaruhkan nyawa saja. Tapi sebelumnya, penulis akan menuliskan sekilas penjelasan biksu Takuan mengenai pertanyaan tsb:

Jadi di manakah seorang samurai 'menempatkan' pikirannya dlm situasi hidup dan mati?
Apakah pada pedangnya? Atau pedang musuh? Pada antisipasi gerakan pedang musuh berikutnya?
Dikatakan, bila kita pikiran kita terhenti pada gerakan pedang musuh, berpikir menerima pedang begitu saja, berarti pikiran kita terhenti pd pedang itu saja, gerakan kita tak selesai, dan kita pun dirobohkan oleh lawan.

Di tulis oleh Takuan, bila pikiran kita sedikit saja terpecah oleh serangan musuh, atau serangan kita, posisi musuh atau ritmenya, gerakan kita akan menjadi salah dan akan mengakibatkan kita terbunuh..

Katanya kita tak boleh menempatkan pikiran dalam diri sendiri. Menahan pikiran dlm tubuh hanya dilakukan dlm latihan awal, oleh pemula.

Bila kita menempatkan pikiran pd ritme, maka pikiran kita akan ditaklukkan oleh ritme itu sendiri. Begitu pula bila menempatkan pikiran pada pedang. Dikatakan pikiran yg berhenti disebut sebagai delusi dlm ajaran Buddha, "Penderitaan akibat berdiam dlm ketidaktahuan."

"Jika kau menempatkannya di tangan kanan, pikiran akan tersita oleh tangan kananmu, dan fungsi tubuhmu akan berkurang. Jika kau menempatkannya di mata, pikiran akan tersita oleh matamu, dan fungsi tubuhmu akan berkurang. Tak perduli di mana kau menempatkannya, jika kau menempatkan pikiran di satu tempat, fungsi tubuhmu yg lain akan berkurang."

"Nah, kalau begitu, di mana orang harus menempatkan pikirannya?"

Biksu Takuan menjawab, "Jika kau tdk menempatkannya di mana pun, pikiran itu akan bergerak ke seluruh bagian tubuh dan menjangkau seluruh tubuh. Dengan begitu, ketika kau memasuki tangan, pikiran akan menyadari fungsi tangan. Ketika memasuki fungsi kaki, pikiran akan menyadari fungsi kaki."

"Jika kau harus memutuskan satu tempat utk menempatkan pikiran, pikiran akan tersita oleh tempat itu dan kehilangan fungsinya. Jika org berpikir, dia akan tersita oleh pikirannya."

"Dengan demikian, singkirkan pikiran dan diskriminasi, buang pikiran dari seluruh tubuh, jangan berhenti di sini atau di sana. Ketika benar2 mengunjungi berbagai tempat ini, pikiran akan menyadari fungsinya dan bertindak tanpa kesalahan."

Biksu Takuan memberi contoh patung Kannon yg memiliki seribu tangan dan seribu mata. Jika pikirannya terhenti pada salah satu tangannya yg memegang busur, maka 999 tangan lainnya menjadi tdk berguna.

***

Nah, lalu apa manfaat Zen bagi interaksi kita dgn orang lain?

Pernahkah kita membandingkan, antara kita berbicara pada teman akrab kita dgn orang yg br kita kenal atau bahkan orang yg kita suka. Perbedaannya jelas! Pada orang pertama kita berbicara dgn lepas, seolah topik pembicaraan tdk ada habisnya.
Namun pada jenis yg terakhir, bagaimana reaksi kita? Gampang ditebak pula, kita biasa menjadi kaku atau bahkan mungkin, gagap :))

Kuncinya berada pada di mana kita menaruh pikiran kita. Apakah kita menaruhnya pada antisipasi perkataan lawan bicara, atau pada pikiran akan mengucapkan apalagi kita selanjutnya, dll.

Saat kita berpikir, maka di saat itu pula lah kita menjadi tdk alami. Kita tidak berpikir atau menaruh pikiran kita di mana pun saat berbicara dgn sahabat kita. Berbeda hal nya dgn orang yg br kita kenal. Kita cenderung akan memikirkan apa yg hendak kita katakan selanjutnya.

Solusinya selaras dgn uraian biksu Takuan: Jangan berpikir!
Saat kita memikirkan gerak pedang musuh berikutnya, atau dlm konteks ini ucapan lawan bicara berikutnya, maka kita menjadi tdk efektif.

Sebenarnya ini telah penulis ketahui dan praktekkan sejak lama, menyenangkan mengetahui hal ini selaras dgn Zen, dan mengetahui manfaat Zen bagi kehidupan secara luas. Tidak hanya dlm situasi hidup dan mati antara dua samurai, namun jg interaksi kita thp sesama.

Jadi ringkasnya, bila sedang berinteraksi dgn org yg br kita kenal, coba kosongkan pikiran dulu.. Jangan memikirkan apa pun! Biarkan perkataan keluar dgn spontan, atau bahkan jgn berbicara, dengarkan lawan bicara saja. Singkirkan semua preasumsi dan harapan. Be here and now.
Hasil yg tak terduga adalah, dgn begitu kita dapat langsung akrab dgn lawan bicara kita. Diam nya pun terasa nyaman. Sebagaimana kata pepatah, "Sepasang sahabat adalah ketika diam di antara mereka pun terasa nyaman."

Sebagaimana yg dikatakan Takuan Soho, "Bila kita melihat daun, maka pohon akan luput dari pandangan, bila kita melihat pohon maka hutan akan luput pula." Berpikir analitis adalah melihat daun, 'tidak berpikir' adalah melihat hutan. That's the Unfettered Mind.

Semoga berguna :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun