Catatan ringan di tengah malam buta...
Setelah membaca berita seputar JKT-1 dan komentar-komentar di KOMPAS.COM, sejenak saya tersenyum sendiri. Saya tersenyum karena mengetahui bahwa di era modern sekarang ini masih ada yang suka mengutip kata-kata / kalimat-kalimat dari kitab suci agama masing-masing yang notabene menjadi landasan kehidupan beragama masing-masing individu, dan menjadikannya sebagai informasi/rujukan/propaganda/dakwah/arahan dalam bernegara.
Masalah semacam ini bukannya sudah basi ya?
Masihkan kompasioner ingat ketika GusDur vs Megawati dalam Pilpres voting di DPR 1999? Saat itu banyak jargon/stigma/paradigma yang mengutip ayat-ayat kitab suci yang isinya kurang lebih mengatakan JANGAN MEMILIH PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN karena akan bla-bla-bla (kutipan yang lucu sekali padahal Benazir Bhutto terpilih pada 1988 di negara Islam yakni Pakistan).....dan terciptalah isu gender yang sangat kuat saat itu hingga terciptalah POROS TENGAH yang digagas oleh Amien Rais,  yang berujung pada terpilihnya GusDur melalui voting menjadi Presiden NKRI ke-4.
Namun seperti yang telah terjadi, ketua MPR (waktu itu) Amien Rais pula lah yang melengserkan GusDur dari jabatannya dan kemudian melantik Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI periode 2001-2004.
Sekarang hal yang sama terjadi pada sosok calon wagub Jokowi yakni Basuki. Dan sama seperti yang terjadi pilpres 1999 lalu, kali ini black campaign dengan mengusung SARA menguat, sampai-sampai banyak pihak yang melontarkan pendapat/propaganda/opininya (terlepas apakah pihak tersebut merupakan bagian dari timses salah satu calon gubernur). Saya tersenyum membaca kehebohan yang diciptakan/dirasakan oleh pihak-pihak tersebut, sembari membayangkan apa jadinya kehebohan yang tercipta seandainya kompetisi yang tercipta ada di level RI-1???
Mungkin kita perlu pertanyakan ke diri kita masing-masing, misalkan saja calon Presiden NKRI hanya ada 2 (dua) kandidat saja, yakni Gayoes yang berduet dengan Nazaroedin berhadapan Basoeki yang berduet dengan Kuwik Kian Gee, manakah yang anda pilih? Kira-kira masihkah pilihan anda semata-mata didasarkan pada SARA/PRIMORDIALISME? Dan kira-kira masih ada tidak ya pihak-pihak yang mencuatkan isu SARA dengan mengutip ayat-ayat kitab suci???
-----------------------------------------
Saya dari etnis Tionghoa dan beragama Katolik, saya memilih kotak-kotak bukan karena Basuki, namun karena saya yakin dan percaya Jokowi bisa membawa Jakarta lebih baik dari sekarang.
Saya berharap semoga dinamisme kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI tidak terhalang oleh hal-hal kecil yang sepele dan konyol, harapan saya ini semata-mata untuk kejayaan bangsa kita, BANGSA INDONESIA...!!!
Merdeka....!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H