mesin dinding yang terpakuÂ
disudut ruang terus berputar
diam diam telah malam meniti,
enggan rasa  untuk beranjak
dari bersujudnya diri
KU yang tak ingin bertanya
dini hari, hari apa?
berapa waktu terhitung sejak
tanggal kelahiran, ternyata
masanya telah tua
namun jaman meramunya
dengan kenangan,
cinta; luka; duka airmata
menjadi romansa perjalanan
kini aku menunggu saja
Tuhan yang berkuasa
22/23~sp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!