Siapa saja pasti sudah pernah mendengar istilah "china town" untuk merujuk pada "town" yang dihuni oleh imigran dari negara Cina. Ada banyak "china town" di banyak negara, sebut saja Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia dan bahkan Malaysian.
Selain "China town," di Amerika juga ada istilah "little Tokyo," "little Saigon," "little Phnom penh" dan banyak "little" lainnya. Istilah istilah ini merujuk pada asal imigran yang mendominasi daerah tersebut. Misalnya saja "little Tokyo," artinya daerah tersebut didominasi oleh migran asa Jepang.
Di Amerika Serikat, sebenarnya istilah "China town" atau "little Tokyo" tidak hanya merujuk pada dominasi etnik Cina atau Jepang, maknanya lebih jauh dari itu. Untuk "little Tokyo" misalnya, karena dominasi orang Jepang maka walikotanya otomatis orang turunan Jepang atau etnis lain yang dipilih oleh mayoritas turunan Jepang.
Selanjutnya, di "little Tokyo," tentu saja aktifitas atau arsitektur kota didominasi atau ada bau Jepangnya. Karena walikotanya turunan Jepang, perizinan usaha akan diistimewakan ke turunan Jepang yang mendominasi kota itu.
Fasilitas publik, seperti komuniti bank dan komuniti klinik akan dikelola oleh turunan Jepang. Polisi yang berada dibawah naungan walikota, biasanya juga disyaratkan bisa berbahasa Jepang. Kurikulum sekolah dasar, salah satunya adalah pelajaran elektif belajar bahasa dan budaya Jepang.
Apa syarat untuk membentuk "town" atau "little town?." Petama jumlah etnik tertentu harus sekitar 300 ribu sampai 500 ribu jiwa. Akan lebih mudah, etnik tersebut memiliki rintisan fasilitas umum seperti rumah ibadah, komiti bank, klinik atau sekolah.
Apakah ada peluang untuk membentuk "little Indonesia" atau "Indonesia town" di Amerika Serikat? Tentu saja ada peluang. Bahkan sangat besar peluangnya. Total imigran Indonesia di Amerika Serikat diperkirakan sudah mendekati angka satu juta jiwa.
Untuk California saja, diperkirakan turunan Indonesia jumlahnya antara 350 ribu sampai 500 ribu.
Sudah ada polisi yang bisa berbahasa Indonesia, begitu juga pegawai kantor imigrasi yang bisa bahasa kita, Indonesia.
Menurut beberapa tokoh masyarakat Indonesia yang sempat penulis temui, masalahnya masyarakat Indonesia tidak menumpuk di satu lokasi, tapi berserakan antara Los Angeles dan San Francisco. Rumah ibadah milik orang Indonesia juga berserakan. Â
Keuntungan kalau ada "little Indonesia" atau "Indonesia town," sudah pasti akan ada walikota turunan Indonesia. Si walikota akan mengikuti pertemuan walikota se-Amerika yang dihadiri oleh presiden Amerika. Bisa saja pertemuan itu diselenggarakan di "Indonesia town," panitianya orang turunan Indonesia. Ini tentu akan memudahkan lobi lobi untuk kepentingan Indonesia.
Dengan lobi, diharapkan akan mudah presiden dan pejabat Indonesia keluar masuk Amerika Serikat. Tidak akan ada lagi cerita seorang jenderal bintang empat ditolak masuk negara paman Sam! Semoga saja akan terwujud "Indonesia town" di suata masa nanti !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H