Mohon tunggu...
Tanza Erlambang
Tanza Erlambang Mohon Tunggu... -

# Ever stay in several countries, and stay overseas until currently. ## Published several books, some of them are: Hurricane Damage on Coastal Infrastructures (ISBN: 978-19732-66273) dan Prahara Rupiah (ISBN: 979-95481-1-X)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gara-gara Bunga Bank Negatif, Orang Denmark Bayar Hutang Malah Dapat Uang!

14 Februari 2016   02:16 Diperbarui: 23 Februari 2016   07:28 1836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inflasi Dapat “Dijinakkan”

[caption caption="Grafik inflasi Denmark selama 18 tahun (Sumber: Tyler Durden, 2016)"]

[/caption]

Waktu krisis property dan krisis hutang negara negara Eropa, tingkat inflasi Denmark sempat “gonjang ganjing” (lihat Grafik di atas). Untuk mengontrol, bahkan menurunkan tingkat inflasi ini salah satu caranya adalah dengan "policy" bunga bank negatif.

Tingkat inflasi ternyata bisa mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,5%. Bahkan pernah di bawah nol persen (deflasi) pada awal tahun 2015 lalu. Tingkat inflasi Denmark lebih rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat (0,7%), Canada (1,6%), Australia (1,7%) dan Rusia (9,8%).

Kenaikan harga rumah yang rata rata 10% pertahun, tidak berpengaruh secara keseluruhan terhadap angka inflasi. Ketakutan terhadap tingginya inflasi ternyata tidak terjadi. Angka inflasi tetap bisa “dijinakkan.”

Bagaimana Dengan Negara Kita?
Bank Indonesia (BI) rate diturunkan dari semula 7,5% pertahun menjadi 7,25 %. Lebih rendah 0,25%. Tentu saja, tak perlu ikut ikutan bunga negatif seperti negara negara maju di atas.

Perlu diingat, ketika harga minyak menyentuh angka dibawah AS$40, pemerintah kehilangan “revenue” dari pajak sektor migas. Penerimaan negara yang “hilang” ini cukup besar, yaitu sekitar 20,24 milyar dolar (Rp 283 Triliun). Dengan harga minyak lebih rendah seperti sekarang, tentu saja penghasilan negara yang hilang akan bertambah besar.

Rendahnya harga minyak memang “menguntungkan” konsumen, tetapi tidak untuk penerimaan pemerintah dan perusahaan minyak. PHK terjadi di perusahaan Chevron. Dan dikuatirkan akan terjadi di perusahaan perusahaan lain.

Untuk mengantisipasi ini, ada baiknya pemerintah mempertimbangkan “bunga rendah” atau malah nol untuk sektor sektor yang padat karya seperti pertanian, peternakan dan perikanan. Diharapkan akan mampu menggairahkan sektor ini, dan bisa dijadikan “buffer” untuk buruh yang terkena PHK di sektor lain. Hal ini sudah terjadi ketika krisis tahun 1998 lalu, dimana pertanian sebagai "juru selamat"

Apa perlu belajar dari Denmark?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun