Â
  Pada hari Sabtu 23 Maret 2024, kelompok reak akan mengunjungi Saung Angklung Udjo untuk melihat pertunjukan kesenian yang berbagai macam. Kami diminta untuk berkumpul pada jam 1 siang di titik biasa kami berkumpul yaitu Mesjid Al Furqon. Karena mengingat bahwa hari itu adalah weekend maka LO kami memutuskan agar kami berangkat lebih cepat untuk menghindari macet.
 Setelah berkumpul di Mesjid Al Furqon akhirnya kami menuju Saung Angklung Udjo bersama-sama menggunakan bus. Perjalanan terasa cukup singkat karena kami sambil bernyanyi bersama di dalam bus. Sesampainya di Saung Angklung Udjo kami di suguhkan dengan pemandangan toko oleh-oleh dan pernak-pernik yang sangat indah.Â
LO kami Kang Seno dan Teh Deti kemudian mengarahkan kami untuk mengambil tiket masuk yang berbentuk seperti angklung yang dikalungkan di leher kami (karena berbentuk kalung). Setelah mendapatkan tiket kami dipersilahkan untuk melihat-lihat dan berjalan-jalan di Saung.Â
Karena berhubung kelompok kami adalah yang paling pertama tiba, mengingat info yang saya dapatkan bahwa akan ada 4 kelompok termasuk kelompok reak yang akan ke Saung Angklung Udjo pada hari itu. Kami dipersilahkan untuk berswafoto di depan panggung pertunjukan, melihat bahwa belum ada pengunjung lainnya. Setelah berfoto akhirnya kami melihat-lihat souvernir dan membeli beberapa.
     Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul setengah 4 sore, akhirnya pertunjukan kesenian Saung Angklung Udjo pun dimulai. Pada pembukaan kami diperkenalkan dengan MC yaitu Teh Kamila Putri cucu dari pendiri Saung Angklung Udjo itu sendiri. Saya cukup kagum dengan Teh Kamila yang terlihat sangat pintar. Beliau menjelaskan mengenai sejarah dibuatnya Saung Angklung Udjo. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan wayang golek (wayang kayu), ritual helaran (perayaan panen pertanian), tarian tradisional, permainan anak-anak, pengenalan angklung, pertunjukan orkestra angklung, pertunjukan angklung interaktif yang melibatkan pengunjung bermain angklung, dan pertunjukan arumba.
     Sejak berdirinya pada tahun 1966, Saung Angklung Udjo telah menjadi pusat pelestarian musik tradisional angklung yang konsisten. Diprakarsai oleh seniman angklung, Mang Udjo, dan istrinya Uum Sumiati, saung ini berakar dari kecintaan mereka terhadap budaya Sunda.Â
Dengan pertunjukan angklung yang dikemas secara modern, saung ini tidak hanya mempersembahkan musik angklung untuk lagu-lagu Sunda, namun juga menghadirkan orkestra angklung yang mengiringi berbagai jenis lagu, termasuk lagu-lagu hits kekinian. Di samping itu, Saung Angklung Udjo juga menampilkan Tari Topeng, menceritakan kisah pembawa berita dari kerajaan Majapahit yang menyamar menjadi pria gagah untuk melawan Prabu Menakjingga dalam penyelidikan terhadap kerajaan Blambangan. Selain itu, kebudayaan Sunda juga diwakili oleh pertunjukan wayang golek yang mengandung pesan moral sebagai bahan pembelajaran yang berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H