Mohon tunggu...
Teresia Simbolon
Teresia Simbolon Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari Kebijaksanaan

Kamu adalah kreasi dan proyek terbesar Sang Penciptamu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghargai yang Unik, Mulai dari Ketapang sampai Janda Bolong

2 Februari 2021   09:10 Diperbarui: 2 Februari 2021   09:35 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taman Tengah Biara San Damiano Pandan (Dokpri)
Taman Tengah Biara San Damiano Pandan (Dokpri)

Kemarin adalah hari pertama dalam bulan Februari 2021 dan bertepatan hari Senin. Sebagaimana setiap hari senin kami ada acara khusus untuk studi bersama mengenai hal-hal aktual dalam kehidupan kami sebagai Suster Fransiskanes OSF Sibolga. Dua minggu terakhir, cuaca di  kota Sibolga amat kering dan rasanya seperti kemarau. 

Mata air kami  yang langsung dari gunung pun tidak mencukupi lagi untuk seluruh Kompleks Biara OSF San Damiano  Pandan. Akhirnya bersama dengan teman-teman, kami mendaki bukit yang berada di depan kompleks Biara untuk melihat situasi yang terjadi. Dan benar, mata air sudah mengecil. Kami cepat tanggap situasi ini sebelum menjadi masalah serius.

Itulah sebabnya kami merencanakan bahwa studi bersama seperti biasa kami lakukan bertemakan belajar bersama dengan alam. Kami membawa bibit pohon ketapang, yang juga merupakan lambang Kongregasi kami.  Biasanya pohonnya amat rindang dan subur, apalagi ditanam di pinggir pantai. Namun pohon ini kami tanam juga di halaman luar Biara.

Tepat hari yang ditunggu, kami  studi bersama dengan alam. Sebelum berangkat untuk menanam pohon kami ambil foto untuk kenangan. Eh, ternyata memang ini benar, menjadi sebuah kenangan pada tanggal 01 Februari 2021. Suatu masa yang tidak pernah akan kembali. Kami telah mengisinya dengan menanam satu harapan baru, yang dilambangkan dengan pohon. Berharap juga semoga dikemudian hari semakin rajin menanam pohon. Karena satu pohon sangat berarti untuk  menyediakan oksigen bagi kehidupan. 

Saya suka bercocok tanam, dan suka juga berada di alam. Mungkin minat ini semakin berkembang karena memang kami adalah pengikut dari Sang Pelindung Ekologi di Dunia, yakni St. Fransiskus dari Asisi. Biasanya setiap rumah atau komunitas kami selalu dikelilingi oleh tanam-tanaman atau bunga-bungaan. Berpuluh-puluh spesies tanaman bunga hias hadir di taman. Mulai dari Bunga yang tidak terkenal sampai dengan bunga yang amat viral jaman now, yakni Bunga Janda Bolong.

Ketika studi bersama tentang lingkungan, mataku tertuju pada tanaman Bunga Janda Bolong. Saya masih tetap mempertanyakan mengapa bunga yang ‘aneh’ ini tiba-tiba bisa viral dan harganya melejit tinggi.

Sebenarnya Bunga Janda Bolong yang ada pada kami sekarang ini sudah sangat lama berada di ujung tembok Biara San Damiano, sekitar tahun 2008 yang lalu, bunga ini sudah ada di pinggir pagar biara. Daunnya hanya akan diperlukan ketika merangkai bunga. 

Selain itu jarang dilirik apalagi diurus secara istimewa. Tak pernah terpikir bahwa ‘nasibnya’ akan berubah. Dari segi statusnya, selama ini hanya bertumpuk dan kurang terurus di sudut-sudut pagar, lalu tiba-tiba statusnya menjadi ‘penguasa’ di taman tengah Biara. 

Dulu Si Janda Bolong ini  tumbuh di celah-celah batu, sekarang dia tumbuh diatas sebuah pot bunga putih bersih, tanah subur dan sabut kelapa empuk sebagai penyangga. Sungguh fantastis memang!

Entahlah apa yang menjadi keistimewaan bunga yang satu ini. Bila diamati dari postur dan strukturnya, sepertinya tidak ada bedanya dengan tanaman menjalar lainya. 

Kami biasa menggunakan daun bunga menjalar untuk dekorasi rangkaian bunga. Sejauh yang saya tahu tanaman ini tidak berbunga bak bunga kamboja atau yang lain. Keistimewaan yang kulihat terletak pada bolong-bolong di daunnya. Apakah itu memang yang unik, aku pun tidak tahu. 

Dari sekian banyak jenis bunga-bunga cantik yang tertanam, orang-orang yang bertamu selalu menyoroti bunga antik ini. Pada hal masih ada beberapa macam anggrek bulan yang bercorak batik yang tergantung indah, tapi itu pun kalah.

Akupun akhirnya mencoba merefleksikan tanaman Si janda Bolong ini, dan mencoba mengambil pelajaran hidup dari padanya. Saya berpendapat bahwa jalan kehidupan setiap orang itu misteri. Setiap keunikan yang dimiliki patut dihargai sebab nasib orang sungguh berbeda-beda. Sungguh kadang sulit dipahami  dan dimengerti, tetapi dikala Sang Waktu menyatakan dirinya, siapa bisa menolak. Siapa bisa menduga apa yang akan terjadi besok?

#Biarasandamianoandan

#refleksi&kenangan 01.02.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun