2.Singkatan, seperti "big W" dan "big L", di mana "W" menunjukkan kemenangan dan "L" menunjukkan kekalahan, lalu "finna" singkatan dari "fixing to," digunakan untuk menunjukkan seseorang yang akan melakukan sesuatu atau berniat melakukannya dalam waktu dekat, dan "rizz" singkatan dari "charisma" yang menggambarkan daya tarik atau pesona seseorang.
3.Istilah tambahan seperti mewing (meletakkan lidah di langit-langit mulut untuk membuat garis rahang yang lebih tajam); skibidi (menggambarkan sesuatu yang buruk atau jahat); dan sigma (menunjukkan seseorang yang dominan atau populer).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul Gen Z dan Gen Alpha sangat mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia, terutama dalam hal bertutur kata. Bahasa yang digunakan oleh remaja ini berasal dari ide untuk mengubah kata baku Indonesia menjadi kata-kata yang cenderung tidak lazim dan tidak baku.
Dalam berbagai situasi dan konteks sosial dan budaya, remaja dapat menggunakan kedua bahasa dengan lancar. Remaja menjadi lebih kreatif karena penggunaan bahasa gaul. Terlepas dari apakah bahasa gaul ini mengganggu atau tidak, kita harus siap dengan setiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Selama digunakan dalam situasi yang tepat, media yang tepat, dan komunikan (pihak yang menerima atau memahami istilah tersebut, misalnya teman seangkatan) yang tepat juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H