“Guru yang gokil harus mengajarkan muridnya untuk terlibat dalam pembicaraan secara langsung. Belajar saling mendengarkan, menghormati, dan memberikan diri dengan tulus. Jika tidak, para murid tersebut akan terjerumus dalam beban yang tak tertanggungkan pada masa depan. Murid alay, anak layangan yang mudah goyah dan labil, merupakan predikat bagi para murid yang kecanduan gadget. Guru gokil adalah guru yang menguasai teknologi informasi sekaligus mendayagunakannya bagi pembentukan karakter murid” (hal. 11). Demikianlah, bagi Sumardianta, guru yang inspiratif itu perlu mengadaptasi perkembangan zaman, tanpa harus tergerus arusnya.
Guru gokil yang inspiratif berarti berusaha memahami sisi terang maupun gelap karakter muridnya. Tugas pendidik itu memasang lentera pada jiwa-jiwa muridnya yang sedang menghadapi masalah. Guru memberi tantangan untuk mendobrak kebekuan hati muridnya. Kecerdasan berarti kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sudah lama membelenggu hati para pelajar.
Dengan buku, Sumardianta, memberi harapan di tengah carut-marut pendidikan yang hanya mementingkan angka-nilai. Sengkarut ujian nasional menjadi salah satu tema bagi krisis pendidikan nasional. Akan tetapi, krisis pendidikan akan dapat teratasi dengan hadirnya guru-guru inspiratif nan cerdas.
Melalui buku ini, Sumardianta, ingin mengajak pembaca untuk berdialog dengan kisah-kisah getir nan mengesankan yang dapat menjadi inspirasi hidup. Kisah tentang penjaga SD, penjual gorengan, warung angkringan hingga kisah figur Butet Kartaredjasa dan Renald Kasali menjadi referensi yang ditulis dengan bahasa yang enak dibaca [Munawir Aziz/ @MunawirAziz].