Selain uang, status pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, emosi negatif, Pendidikan, iklim, ras dan jenis kelamin, ternyata kualitas lingkungan berupa keberadaan hutan yang terjaga juga menjadi bagian penting dalam mengukur indeks kebahagiaan hidup masyarakat.
Faktanya memang begitu yang kita rasakan. Berada di bawah tajuk pepohonan baik hutan maupun taman akan memberikan rasa nyaman di jiwa dan raga kita.
Bicara hutan tidak akan terlepas dari bagaimana Kesehatan masyarakat, baik fisik maupun mental. Maka dari itu hutan sangat erat kaitannya dengan upaya pencapaian SDGs 3, Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Ekosistem hutan yang dikelola menjadi objek ekowisata misalnya dapat  menjadi media atau tempat untuk pemulihan kesehatan (forest healing). Forest healing atau hutan pemulihan adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan imunitas tubuh secara mental dengan memanfaatkan berbagai elemen yang ada pada hutan untuk menyembuhkan.Â
Saat ini, hutan pemulihan tersebut menjadi populer di dunia karena dapat memulihkan stress. Konsep penyembuhan hutan ini memanfaatkan interaksi manusia dengan alam dan membiarkan panca indera manusia terhubung dengan ekosistem sekitar.
Merujuk  sebuah jurnal dari Global Landscape Forum (Van den Berg, et al. 2023) saya akan menguraikan bagaimana peran pohon dan hutan dalam mendukung Kesehatan manusia melalui pendekatan interdisipliner.
Pertama bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa hutan dan pepohonan berdampak positif pada kesehatan fisik, mental, dan sosial manusia. Jalur manfaat utama mencakup penyediaan udara bersih, penurunan suhu, dan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Aktivitas seperti berjalan di hutan dan terapi alam atau forest bathing telah terbukti menurunkan tingkat stres, meningkatkan suasana hati, dan mengurangi risiko gangguan mental seperti depresi.
Hutan berfungsi sebagai filter alami untuk polusi udara, yang membantu mengurangi risiko penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, pohon di lingkungan perkotaan memberikan efek pendinginan yang penting dalam mencegah heatstroke selama cuaca panas ekstrem.Â
Kedua, dari sisi kesehatan mental, interaksi dengan lingkungan hutan dapat menenangkan pikiran dan membantu meningkatkan kualitas tidur serta fungsi kognitif pada anak-anak dan orang dewasa.
Percaya atau tidak, menurut saya saat ini suasana sehat dari hutan telah menjadi kebutuhan hidup bagi sebagian besar masyarakat modern.
Tantangan dalam konservasi hutan juga merupakan tantangan dalam membangun Kesehatan di masyarakat. Deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan urbanisasi mengancam peran hutan dalam kesehatan masyarakat. Selain itu, risiko kesehatan dari hutan, seperti alergi dan penyakit zoonosis, juga perlu diantisipasi dengan pengelolaan yang bijaksana.
Pernah saya ke Taman Nasional Lore Lindu, dimana sebuah penyakit tropis terabaikan bisa menjadi isu yang mengerikan jika ekosistem hutan tempat habitat berbagai fauna tidak terjaga. Adalah penyakit schistosomiasis yang disebabkan oleh cacing parasit bernama Schistosoma japonicum yang hidup pada keong air tawar. Infeksi cacing ini dapat menyebabkan kematian manusia akibat kerusakan usus, hati, paru-paru, dan sistem saraf.
Menarik membahas hutan dan Kesehatan, sehingga dirasa perlu agar kita mengadopsi One Health, yang menekankan pentingnya hubungan saling ketergantungan antara kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan ekosistem. Langkah ini mengharuskan adanya kebijakan terpadu yang melibatkan sektor kesehatan, lingkungan, dan kehutanan untuk memaksimalkan manfaat kesehatan dari hutan sambil melindungi ekosistemnya.
Maka tidak salah jika hutan juga berperan pada pencapaian SDGs 3 yaitu kehidupan sehat dan Sejahtera, khususnya dengan menyasara pada target 3.4. Mengurangi kematian akibat penyakit tidak menular dan meningkatkan kesehatan mental dan target 3.9. Mengurangi penyakit dan kematian akibat bahan kimia berbahaya dan polusi.
(Khulfi M. Khalwani)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI