"Pak ini kok mangkok saya gak ada mie nya ?" Tanya saya pada pemilik warung.
 "Kok bisa ?" Tanya mereka terkejut.
"Oh ternyata sudah pindah ke perut"
"Kenapa namanya mie ongklok longkrang", tanya saya pada pak Waluyo saat saya minta tambah semangkuk lagi.
Wonosobo, kata pak Waluyo.
Longkrang itu nama kampungnya disini. Kalau ongklok itu karena bikinnya sambil diongklok-ongklok, naik turun pakai alat ini. Alat dari bambu ini cuma ada di"Saya buka usaha ini sejak tahun 1975. Bumbunya gak ada yang bisa menyamai. Saya pakai daun kucai ngambil di gunung" jelasnya lebih lanjut.
Maknyus tenan. Sudah 3 kali saya ke Dieng lewat Wonosobo, tapi kok baru kali ini nyobain kuliner di jalan Ronggolawe ini.
Kuah mie ongklok agak kental seperti ada patinya. Satu porsi 12 ribu rupiah. Ditambah 10 tusuk sate sapi lengkap sudah. Minumnya sirup Carica.
Cuma di Wonosobo bisa begini. Warungnya sederhana di pinggir jalan. Menikmatinya selepas senja adalah pilihan yang pas. Udara dingin dan mie ongklok panas.
Mie Ongklok Longkrang.
Jika berkunjung ke dataran tinggi dieng via Wonosobo sayabrekomendasikan mampir kesini.