Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Membingkai Indonesia dengan IndiHome: Internet Pemersatu Bangsa

13 Mei 2023   23:45 Diperbarui: 13 Mei 2023   23:46 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khulfi M. Khalwani

Pertama kali saya mengenal internet  yaitu saat kelas 1 SMA di kota Padang. Sekitar akhir tahun 2000. Itu pun karena ikutan teman main aplikasi chatting mIRC yang cukup populer kala itu.  Maklum saja, karena saya sekolah SMP di desa dan baru SMA ke kota sehingga baru mengenal warung internet (warnet) saat itu. Saya cukup ingat dengan miRC karena kita cukup mengetik ASL PLS apabila ingin berkenalan dengan orang lain di luar sana.

Selang 23 tahun berlalu, saat ini tepatnya, saya terkejut saat mengetahui anak bungsu saya yang masih TK menjadi juara ke-2 lomba matematika yang diselenggarakan salah satu Mall di kota Bekasi dimana saya tinggal. Saat saya tanya bagaimana belajarnya, dari Youtube jawabnya. Si sulung, kakaknya pun ikut lomba bahasa inggris pada acara yang sama untuk kategori anak SD dan mendapat juara 4. Jawabannya pun sama ketika saya tanya, dia belajar bahasa inggris dari Youtube.

Saat mendengar jawaban mereka, disinilah saya merasa sangat puas karena telah memasang jaringan internet di rumah melalui Internet Provider IndiHome dari Telkom Indonesia. Selain membantu saya dan keluarga untuk urusan pekerjaan dan hiburan, ternyata juga mendukung untuk Pendidikan anak-anak di rumah.

Sesuatu yang tidak pernah saya jumpai dimasa kecil dulu. Yaitu belajar dari internet.

Jumlah pengguna internet di Indonesia tentunya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari literatur yang saya baca,berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023. Setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. Jumlah pengguna Internet dari kategori anak usia dini juga cukup tinggi yaitu hampir separuh anak usia dini di Indonesia sudah bisa menggunakan handphone (HP) atau gawai, juga mengakses internet pada 2022.

Internet telah banyak membantu kita. Baik dewasa, remaja maupun anak-anak hingga manula saat ini sudah mengenal internet. Saat Pandemi Covid-19 yang lalu, saat ruang mobilitas kita terbatas, internet terbukti telah menjadi ujung tombak dari kebutuhan dan gaya hidup masyarakat.

Saat terjadi Pandemi Covid-19, saya menjadi mengenal aplikasi rapat online. itu pun karena saya ditugaskan kantor untuk mengikuti sebuah rapat internasional APFSD pada bulan Maret tahun 2020. Sebelumnya tahun 2019, saya mengikuti rapat ini di Bangkok, Thailand, namun karena wabah covid acara pertemuan dilakukan lewat aplikasi online.

Ternyata mengasyikkan juga.

Rapat Daring Komunitas (Khulfi)
Rapat Daring Komunitas (Khulfi)

Sebelum aplikasi rapat online ini menjadi lebih populer, saya mengajak teman-teman komunitas di luar kantor untuk membuat acara webinar. Kami mebuat group Facebook bernama "INDONESIA WEBINAR". Saat ini anggota  group Facebok kami lebih dari 15 ribu orang.

Saat terjadi Pandemi, berbagai inisiasi dilakukan untuk memastikan proses transfer knowledge tetap terus berjalan. Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi menyelenggarakan sistem Pendidikan jarak jauh yang sebelumnya mungkin tidak pernah dibayangkan atau bahkan dipandang sebelah mata.

Bahkan untuk kelompok tani hutan, proses penyuluhan dipastikan berjalan secara daring. Seperti yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap kelompok tani hutan perhutanan Sosial di seantero Indonesia.

Tidak hanya oleh Lembaga Pemerintah dan Perguruan Tinggi, berbagai komunitas saat ini juga kerap menyelenggarakan acara webinar mupun diskusi online. Sebagai contoh menginisiasi lebih awal, sejak bulan April 2020 saya dan teman-teman di group Facebook INDONESIA WEBINAR telah rutin menyelenggarakan webinar bincang milenial dengan tema-tema yang berbeda. Hal yang membuat kami bangga ialah, selain acara ini voluntary alias gratis, peserta webinar juga diikuti oleh berbagai orang dari Aceh sampai dengan Papua. Sebuah bingkai kebinekaan yang terbangun dari kekuatan positif internet.

Di negara sebaik Indonesia ini, selalu ada orang baik yang mau berbagi ilmu bagi orang yang ingin belajar.

Survey yang saya lakukan lewat group group Facebook INDONESIA WEBINAR menunjukkan bahwa sebanyak 82,1% responden yakin bahwa webinar (seminar online) akan tetap diminati meskipun nantinya pandemi Covid-19 akan mereda. Sebanyak 11,3% malah merasa akan makin banyak diselenggarakan, selanjutnya sebanyak 5,7% menilai akan berkurang dan hanya 0,9 % memberikan pandangan bahwa webinar akan dilupakan jika pandemi Covid-19 usai.

Adapun pertimbangan sebagian besar responden (sebanyak 48,7%) mendaftar dan mengikuti webinar ialah karena berkaitan dengan ilmu dan pekerjaan yang sedang ditekuni. Sebanyak 25,1% karena ingin mendapatkan sertifikat, sebanyak 6,7% karena melihat siapa pembicaranya dan sisanya 4,4% karena melihat siapa penyelenggaranya.

Sebanyak 77,9 % responden rela membayar senilai Rp 50.000 untuk bisa mengikuti webinar yang benar-benar mereka minati. Sebuah nilai willingness to pay yang cukup tinggi menurut saya,di saat masa pandemi dan di tengah banyaknya webinar yang bersifat gratis. Sebanyak 13,8 % rela membayar senilai Rp 100.000 dan sisanya 8,3 % dengan nilai diatas Rp 100.000.

Untuk urutan waktu yang paling diminati dalam mengikuti webinar atau diskusi online ialah pada hari kerja pagi (di bawah jam 12 siang); kemudian sabtu pagi; hari kerja malam; hari kerja siang; hari sabtu siang; dan paling sedikit pada hari minggu dan sabtu malam.

Adanya pandemi Covid-19 tampaknya telah membuka mata kita semua. Indonesia dengan populasi penduduk yang diprediksi sekitar 270 juta jiwa pada tahun 2020, merupakan pasar yang menjanjikan bagi perkembangan industri internet. Dilihat dari kelompok umur, penduduk paling banyak ada di rentang usia 0-34 tahun. Adanya bonus demografi yang diprediksi hingga 15 tahun ke depan menunjukkan bahwa internet tampaknya akan menjadi kebutuhan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya generasi Y (milenial), generasi Z dan after Z (generasi Alfa) sekalipun.

Di tengah pesatnya kebutuhan akan belajar online baik formal maupun informal, tampaknya ketersediaan jaringan internet masih menjadi kendala. Jangankan yang gratis, bahkan yang berbayarpun tidak selamanya lancar dan bebas gangguan. Mungkin kedepan ini bisa menjadi perhatian kita bersama. Jika dulu ada program Internet masuk Desa, mungkin kedepan akan ada program Wifi masuk Desa. Semoga IndiHome bisa menjadi komandan untuk itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun