Sebelum aplikasi rapat online ini menjadi lebih populer, saya mengajak teman-teman komunitas di luar kantor untuk membuat acara webinar. Kami mebuat group Facebook bernama "INDONESIA WEBINAR". Saat ini anggota  group Facebok kami lebih dari 15 ribu orang.
Saat terjadi Pandemi, berbagai inisiasi dilakukan untuk memastikan proses transfer knowledge tetap terus berjalan. Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi menyelenggarakan sistem Pendidikan jarak jauh yang sebelumnya mungkin tidak pernah dibayangkan atau bahkan dipandang sebelah mata.
Bahkan untuk kelompok tani hutan, proses penyuluhan dipastikan berjalan secara daring. Seperti yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap kelompok tani hutan perhutanan Sosial di seantero Indonesia.
Tidak hanya oleh Lembaga Pemerintah dan Perguruan Tinggi, berbagai komunitas saat ini juga kerap menyelenggarakan acara webinar mupun diskusi online. Sebagai contoh menginisiasi lebih awal, sejak bulan April 2020 saya dan teman-teman di group Facebook INDONESIA WEBINAR telah rutin menyelenggarakan webinar bincang milenial dengan tema-tema yang berbeda. Hal yang membuat kami bangga ialah, selain acara ini voluntary alias gratis, peserta webinar juga diikuti oleh berbagai orang dari Aceh sampai dengan Papua. Sebuah bingkai kebinekaan yang terbangun dari kekuatan positif internet.
Di negara sebaik Indonesia ini, selalu ada orang baik yang mau berbagi ilmu bagi orang yang ingin belajar.
Survey yang saya lakukan lewat group group Facebook INDONESIA WEBINAR menunjukkan bahwa sebanyak 82,1% responden yakin bahwa webinar (seminar online) akan tetap diminati meskipun nantinya pandemi Covid-19 akan mereda. Sebanyak 11,3% malah merasa akan makin banyak diselenggarakan, selanjutnya sebanyak 5,7% menilai akan berkurang dan hanya 0,9 % memberikan pandangan bahwa webinar akan dilupakan jika pandemi Covid-19 usai.
Adapun pertimbangan sebagian besar responden (sebanyak 48,7%) mendaftar dan mengikuti webinar ialah karena berkaitan dengan ilmu dan pekerjaan yang sedang ditekuni. Sebanyak 25,1% karena ingin mendapatkan sertifikat, sebanyak 6,7% karena melihat siapa pembicaranya dan sisanya 4,4% karena melihat siapa penyelenggaranya.
Sebanyak 77,9 % responden rela membayar senilai Rp 50.000 untuk bisa mengikuti webinar yang benar-benar mereka minati. Sebuah nilai willingness to pay yang cukup tinggi menurut saya,di saat masa pandemi dan di tengah banyaknya webinar yang bersifat gratis. Sebanyak 13,8 % rela membayar senilai Rp 100.000 dan sisanya 8,3 % dengan nilai diatas Rp 100.000.
Untuk urutan waktu yang paling diminati dalam mengikuti webinar atau diskusi online ialah pada hari kerja pagi (di bawah jam 12 siang); kemudian sabtu pagi; hari kerja malam; hari kerja siang; hari sabtu siang; dan paling sedikit pada hari minggu dan sabtu malam.
Adanya pandemi Covid-19 tampaknya telah membuka mata kita semua. Indonesia dengan populasi penduduk yang diprediksi sekitar 270 juta jiwa pada tahun 2020, merupakan pasar yang menjanjikan bagi perkembangan industri internet. Dilihat dari kelompok umur, penduduk paling banyak ada di rentang usia 0-34 tahun. Adanya bonus demografi yang diprediksi hingga 15 tahun ke depan menunjukkan bahwa internet tampaknya akan menjadi kebutuhan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya generasi Y (milenial), generasi Z dan after Z (generasi Alfa) sekalipun.
Di tengah pesatnya kebutuhan akan belajar online baik formal maupun informal, tampaknya ketersediaan jaringan internet masih menjadi kendala. Jangankan yang gratis, bahkan yang berbayarpun tidak selamanya lancar dan bebas gangguan. Mungkin kedepan ini bisa menjadi perhatian kita bersama. Jika dulu ada program Internet masuk Desa, mungkin kedepan akan ada program Wifi masuk Desa. Semoga IndiHome bisa menjadi komandan untuk itu.