Besaran dan laju perubahan iklim serta risiko terkait sangat bergantung pada tindakan mitigasi dan adaptasi jangka pendek, dan proyeksi dampak merugikan serta kerugian dan kerusakan terkait yang meningkat seiring dengan kenaikan pemanasan global.
Menghadapi skenario terburuk (wild card) yang besar kemungkinan timbul sebagai dampak perubahan iklim, maka sudah pas jika pemerintah menjadikan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai pengarusutamaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional selanjutnya (RPJPN).
Menjadikan aksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arusutama dalam pembangunan nasional, dari pusat hingga ke tingkat tapak dengan melibatkan parapihak tampaknya menjadi jawaban yang efektif dan responsif bagi pemerintah dalam Foresight Indonesia kedepan.
Pada sektor hutan dan lahan, aksi FOLU NETSINK merupakan jawaban atas Foresight Indonesia untuk melihat masa depan.
Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030 merupakan suatu kondisi dimana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada tahun 2030.
FOLU Net Sink 2030 dapat dicapai melalui 11 langkah operasional mitigasi sektor FOLU, yaitu: Pengurangan laju deforestasi lahan mineral; Pengurangan laju deforestasi lahan gambut; Pengurangan laju degradasi hutan lahan mineral; Pengurangan laju degradasi hutan lahan gambut; Pembangunan hutan tanaman; Sustainable forest management; Rehabilitasi dengan rotasi; Rehabilitasi non rotasi; Restorasi gambut; Perbaikan tata air gambut; dan Konservasi keanekaragaman hayati.
Inti dari kegiatan FOLU adalah kegiatan teknis di tingkat tapak melalui 3 aksi. Pertama, aksi pengurangan emisi gas rumah kaca, misalnya dengan pengendalian kebakaran hutan-lahan dan mengurangi deforestasi. Kedua, aksi mempertahankan serapan emisi, dengan cara menjaga dan mempertahankan kondisi tutupan hutan-hutan yang ada. Ketiga, meningkatkan serapan emisi, dengan rehabilitasi hutan dan lahan serta membuat hutan-hutan tropis baru.
Melalui upaya masif yang dilakukan untuk pembangunan berkelanjutan pada sektor hutan dan lahan tentunya bisa menjadi modal ekologis dan modal sosial Indonesia pasca badai Covid-19.
 Semoga aksi ini dapat beroperasional secara nyata sebagai antisipasi skenario wild card yang muncul dimasa depan.
Saat meninjau masa depan kadang kita perlu melihat saat ini, karena bisa jadi kebaikan atau keburukan alam yang kita rasakan saat ini, buah dari kebijakan dan aksi yang kita tempuh dimasa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H