Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Keseruan Alumni Fahutan IPB Menanam Pohon dengan Protokol Kesehatan di Situ Dewa Dewi, Sukabumi

31 Januari 2021   19:34 Diperbarui: 31 Januari 2021   20:05 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibarat bahasa yang menjadi identitas suatu bangsa, maka pohon bagi hutan juga merupakan identitas. Maka berbahagialah mereka yang bisa terus melestarikan identitasnya.

Bagi alumni kehutanan khususnya, apapun dan dimanapun bidang pekerjaan yang ditekuni saat ini,  menanam pohon adalah salah satu upaya mempertahankan identitas mereka. Keyakinan ini juga yang mendorong saya tergerak untuk mengikuti acara penanaman pohon yang diselenggarakan oleh Alumni Fakultas Kehutanan IPB Angkatan E27 di Situ Dewa Dewi -- Cipi'it, Sukabumi pada akhir pekan di bulan Januari 2021.

dokpri
dokpri
Berbeda dengan acara penanaman bibit pohon yang beberapa tahun sebelumnya mereka selenggarakan bersama alumni Angkatan E18 di mangrove Muara Gembong -- Bekasi, penanaman kali ini dilakukan dengan protokol kesehatan dimana peserta yang hadir terbatas hanya sekitar 20 orang dan semua wajib menggunakan masker. Maklum saja, di tengah merebaknya Covid-19 yang mengharuskan kita semua selalu mawas diri, tentunya kegiatan positif juga harus tetap dilakukan dan digaungkan.

Di era kemajuan saat ini, bagaimanapun menanam pohon harus menjadi gaya hidup bagi siapa saja. Tidak perlu sungkan, karena menanam pohon itu ibarat menanam kebaikan. Menanam adalah kata lain dari doa yang kita panjatkan untuk alam titipan Tuhan, mengingat begitu banyaknya manfaat pohon untuk kehidupan.

dokpri
dokpri
Kegiatan penanaman bertempat di area terbuka di tepian telaga Dewa Dewi atau Situ Cipi'it. Sebuah lokasi wanawisata yang berada di Wilayah Kerja Perhutani KPH Sukabumi, di Kampung Rawaseel, Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Hal menarik di Situ Dewa Dewi adalah kita akan menjumpai sebuah telaga atau situ di tengah hutan pinus. Destinasi seluas kurang lebih tiga hektare ini pas sekali untuk melepas lelah, sembari menikmati panorama alam, suasana perdesaan dan tegakan hutan. Suguhan udara sejuk dan buaian angin lembut dari sela-sela tegakan pinus, serta keramahan warga desa yang mengelola destinasi wisata ini akan menjadi menu pelengkap dari panorama Situ.

Tiga jam perjalanan dari Jakarta, pukul 9 pagi Saya sampai di titik temu. Perjuangan yang lumayan juga karena sempat tersasar meskipun memakai google maps. Untungnya saya tidak terlambat, masih ada beberapa peserta yang belum sampai. Mungkin juga tersasar seperti saya, dan ternyata memang sempat tersasar. Tampaknya papan penunjuk arah ke lokasi Situ Dewa Dewi diperlukan pada beberapa titik belokan jalan di daerah Jampang Tengah Sukabumi.

Kendaraan peserta hanya bisa parkir di halaman sekolah SD berjarak 2 km dari lokasi Situ, dikarenakan kondisi jalan yang cukup resiko hujan semalam. Kemudian perjalanan dilanjutkan menumpang mobil bak terbuka double gardan milik Perhutani. Jika ingin berjalan kaki tentunya lebih menyehatkan di tengah hutan pinus seperti ini.

dokpri
dokpri
Hawa sejuk langsung merasuk setibanya di lokasi Situ. Tempat cuci tangan disediakan sebelum gerbang masuk. Tampak dari jauh, telaga ini dilengkapi dengan perahu kayu dan bebek-bebekan, tempat berfoto selfie dengan background Situ dan hamparan pinus.

Sebuah icon tulisan Situ Dewa Dewi tampak diujung Situ dengan warna-warni yang menarik di antara tonjolan batu-batu kapur. Seakan memanggil kita untuk bisa mengabadikan gambar atau sekedar swafoto di sana.

Icon Situ Dewa Dewi
Icon Situ Dewa Dewi

Dari penelusuran saya di media sosial, lokasi Situ Dewa Dewi ini memang cukup hits untuk warga lokal di Sukabumi. Bahkan beberapa komunitas dari daerah lain juga suka beraktivitas akhir pekan kesini seperti untuk motorcross maupun sepeda gunung. Namun saat kondisi pandemic Covid tampaknya kunjungan mulai berkurang atau dibatasi. 

Tiket masuk lokasi ini hanya Rp 5000, kecuali jika ingin berkemah tiket masuknya Rp 15000. Fasilitas mushola dan toilet  juga telah ada untuk pengunjung. Warung-warung masyarakat tertata rapi mulai pintu masuk sampai batas tegakan pinus. Beberapa dilengkapi gazebo. Selain itu bagi pengunjung juga dapat berkemah di lokasi ini dengan sewa tenda seharga Rp 120ribu.

Harga tiket masuk yang relatif lebih murah dibandingkan nilai pesona yang diberikan kawasan hutan ini.

Anda bisa membayangkan yang saya rasakan saat sampai di sini. Tiduran di atas matras rerumputan. Melihat ke atas tajuk pinus. Berkas cahaya di antara dedaunan. Menikmati pemandangan telaga. Menghirup udaranya.  Merasakan hembusan anginnya. Yang tentu semuanya wajib harus saya ceritakan terlebih dahulu.

dokpri
dokpri
Semoga kelestariannya tetap terjaga. Jika Anda suatu saat ingin kesini, saran Saya jangan membawa bekal. Berbelanja saja di sini.

Adalah masyarakat LMDH Sejahtera, Desa Tanjung Sari, yang bermitra dengan Perhutani KPH Sukabumi melalui skema perhutanan sosial yang mengembangkan kawasan hutan untuk ekowisata ini.

Di samping telaga, sebuah tugu yang tertutup kain menjadi titik pusat acara. Tampak beberapa peserta berdiri dengan spasi. Di antara peserta alumni E27 yang wajah sumringahnya bisa saya lihat meski tertutup masker, turut hadir ketua umum Himpunan Alumni Fahutan IPB sekaligus Dirjen PSKL KLHK, kang Bambang Supriyanto dan Adm (Administratur) Perhutani KPH Sukabumi kang Asep Setiawan.

Acara dipandu oleh MC dari peserta sendiri, yaitu teh Novi dan dimulai dengan pembacaan doa bersama dipimpin kang Endang Hilmi. Tidak lupa semua ikut mendoakan salah satu alumni sekaligus guru (dosen) Fahutan IPB yang baru berpulang ke rahmatullah yaitu Alm. Bapak Suwarno Soetarahardja. Almarhum adalah Pensiunan Dosen dan alumni yang aktif ikut dalam kegiatan penanaman pohon. "Seyogyanya beliau ingin ikut acara kita ini, namun Allah telah menggilnya terlebih dahulu" ujar teh Yulita, salah satu panitia sekaligus peserta acara penanaman. Semoga Allah SWT meberikan rahmat dan tempat terbaik untuk Pak Suwarno. Aamiin.

Dalam sambutannya Kang Apep (ketua Angkatan E-27) menyampaikan bahwa kegiatan penanaman ini adalah kali ke-4 yang pernah diselenggarakan oleh alumni angkatan E-27, dimana sebelumnya pernah dilakukan di Karangsong, Citamiang, Muara Gembong lalu saat ini di Situ Cipiit. "Kalau tidak kondisi Covid seperti saat ini, pastinya akan banyak keluarga kita E-27 yang ikut acara ini.  Namun meskipun dengan peserta terbatas, dukungan mereka tetap ada dalam acara ini" ujarnya.

Tampak sebuah drone terbang hilir mudik mendokumentasikan momen acara ini, yang pilotnya juga adalah peserta acara E27, kang Agus Salim.

Sambutan selanjutnya kang Asep Setiawan mengatakan bahwa jumlah bibit yang ditanam sebanyak 271 batang yang terdiri dari tanaman multifungsi seperti buah-buahan (kersen dan jambu) untuk pakan burung liar. "Saat ini kita menanam sebagian saja, karena sebagian lagi akan ditanam oleh masyarakat LMDH Sejahtera Desa Tanjung Sari."

dokpri
dokpri
Setelah kang Asep, kang Bambang Supriyanto menyampaikan apresiasinya kepada angkatan E27 yang tetap terus melakukan penanaman dengan semboyannya Pamili, Pahutan, Porever, Paham atau disingkat P4, yang telah berkolaborasi dengan masyarakat. Apresiasi yang sama juga disampaikan kepada masyarakat Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) Sejahtera. "Kegiatan terbatas dengan protokol covid-19 ini ditujukan untuk meningkatkan daya dukung Situ sekaligus akan memperindah kawasan wisata Dewa Dewi", ujarnya. 

Acara dilanjutkan dengan pelepasan kain penutup tugu menhir yang menjadi batu kenang-kenangan acara penanaman. Keberadaan tugu menhir ini tampak juga mempercantik Situ Dewa Dewi.

Barulah acara penanaman dimulai. Diawali oleh Ketua Umum HAE yang menanam terlebih dahulu, kemudian masing -- masing menyebar mencari lubang tanam dan bibit yang sudah disiapkan. Tidak lupa tentunya mengabadikan momen tersebut dengan dokumentasinya masing-masing. Super sekali.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Pastinya, tidak lupa saya juga ikut menanam. Mengikuti peserta lainnya, bibit kersen saya ikut tanam di sana.

Dari pegamatan saya, ada 4 peserta penanaman yang membawa serta suami/isterinya. Mereka sebut pasangan mereka dengan istilah Korban Fahutan. "Ini hanya gurauan saja bagi mereka yang membawa serta isteri di luar Fahutan, khususnya yang dari GMSK (Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga) atau suka diplesetin menjadi Gadis Manis Santapan Kehutanan", kata Kang Riki (E27).

Selesai acara penanaman, lanjut makan siang dan menikmati Duren Pelaburan Ratu. Bagi peserta atau isterinya yang tidak suka buah Duren tampaknya harus bersabar kali ini. 

Tawa ceria berlanjut sampai dokumentasi bersama di tugu menhir Situ Dewa Dewi dan kemudian pulang.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Cerita oleh: Khulfi M K (E40)

Foto: Dokumentasi Whatsapp Acara E27 Fahutan IPB

Turut mengenang dan mendoakan Alm. Bapak Suwarno Soetarahardja (E3).

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun