Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Hutan Desa di Pulau Dewata

19 Oktober 2017   15:59 Diperbarui: 20 Oktober 2017   03:24 4746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Pak Mangku adalah ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang mengelola hutan desa Selat seluas 552 ha yang berlokasi di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Areal kerja hutan desa ini telah ditetapkan bersama 6 hutan desa lainnya di Kabupaten Buleleng oleh Menteri Kehutanan  pada tahun 2010, namun baru memperoleh Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dari Gubernur Bali pada tahun 2015. 

Hutan-hutan desa itu diantaranya berada di Desa Selat (552 ha), Desa Wanagiri (250 ha), Desa Sudaji (90 ha), Desa Lemukih (988 ha), Desa Galungan (712 ha), Desa Telaga (96 ha) dan desa Tejakula (353 ha).

Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa, sedangkan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) adalah hak pengelolaan pada kawasan hutan lindung atau hutan produksi yang diberikan kepada lembaga desa. Karena Hutan Desa Selat secara fungsinya termasuk hutan lindung, maka bentuk pemanfaatan yang boleh dilakukan oleh masyarakat ialah  pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemanfaatan serta pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Potensi yang dimiliki hutan desa Selat ialah Rotan seluas 55 ha dan potensi pengembangan wisata spritual dan wisata alam seperti air terjun serta rumah pohon. Pada beberapa titik di sekitar jalan yang kami lalui, masyarakat memanfaatkan lahan untuk agroforestri bunga hortensia atau bunga pecah seribu  dengan tanaman kehutanan.

Hebatnya, masyarakat desa Selat telah menyiapkan Rencana Kerja Tahunan pertamanya yang meliputi kegiatan rehabilitasi lanjutan, peningkatan pengawasan hutan, pengelolaan hasil hutan bukan kayu untuk kerajinan, pengembangan wisata spritual dan wisata alam, membangun sentra informasi, rencana area parkir dan pengembangan SDM. 

Hanya sekitar  127 ha atau 23% dari luas Hutan Desa Selat yang masih memiliki kondisi alami, sisanya sekitar 63% atau 350  ha adalah hutan yang telah direhabilitasi melalui pengkayaan dan penanaman, lalu sekitar 75 ha adalah luas yang rencanya akan mereka rehabilitasi.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Sebentar diskusi kami siang itu, karena Pak Mangku pamit mempersiapkan diri untuk rangkaian upacara pengabenan. Selain sebagai ketua Bumdes, Pak Mangku juga bertugas di Pura Desa untuk melayani umat Hindu di Desa Selat. Kami pun dengan senang hati sepakat untuk melanjutkan diskusi besok harinya.

Sejuk, asri dan syahdu, adalah tiga kata yang terlintas di pikiran saya saat menaiki kanopi bridge dan rumah pohon yang terbuat dari bambu di salah satu spot wisata yang ada di Hutan Desa Selat. Pemandangan pantai Lovina di utara pulau Bali terlihat dari sini. Masih gratis, hanya sebuah kotak bertuliskan "dana punia" di depan gerbang gapuranya disediakan bagi pengunjung yang mau menyumbang secara sukarela.  Pada sisi area yang lain, juga ada  camping ground dan sumber air yang sedang dibangun.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Lokasi hutan desa ini sebenarnya sangat strategis. Saya dapat membayangkan setelah para turis puas bermain di Denpasar, kemudian naik ke atas untuk menikmati Kebun Raya Eka Karya, Danau Baratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan, mereka dapat singgah berkemah di camping area hutan desa Selat sebelum melanjutkan tour ke pantai Lovina untuk melihat atraksi lumba-lumba di habitatnya. Paket tour inilah yang sepertinya sedang saya nikmati saat ini. 

Untuk mencapai pantai Lovina hanya setengah jam perjalanan dari hutan desa Selat. Jejeran kafe, bar, resort maupun hotel mulai dari kelas ekonomis sampai VVIP banyak terdapat di sekitar pantai ini. Turis mancanegara tampak sangat ramai meskipun malam menjelang di Lovina.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Banyak yang menawarkan paket snorkeling dan diving, namun saya lebih tertarik untuk melihat atraksi lumba-lumba di laut bebas yang dimulai jam 6 pagi. Cukup Rp 100.000 per orang kita dapat ikut menaiki perahu nelayan meninggalkan pantai menuju samudera. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun