Rumah-rumah penduduk dibangun menggunakan tiang-tiang kayu di tas sungai atau di atas area pasang surut. Mayoritas masyarakat mengandalakan sektor perikanan dan hasil hutan di Siawan Belidak.
Memancing ikan di perairan danau Pontu, Siawan Belidak, lalu membakarnya dan menyantapnya dengan sambal kecap di atas pondok nelayan di dusun Perdak, adalah paket makan siang kelas atas yang mungkin jarang bisa saya alami di Ibukota.
Selain untuk konsumsi dan dijual segar pada pengepul, masyarakat nelayan menangkap ikan di danau dan sungai lalu mengolahnya menjadi ikan salai dengan cara pengasapan. Ikan salai dijual seharga 120 ribu per kg untuk jenis ikan lais dan 80 ribu per kg untuk jenis ikan pati. Untuk mengasapi 1 kg ikan salai sehari semalam perlu sekitar 10 potong kayu bakar. Kayu bakar berasal dari hutan disekitar danau dan sungai baik dari jenis kayu kamsia, resak atau kawi.
Disisi lain, jenis-jenis pohon untuk kayu bakar biasa tumbuh dengan Pohon belanti
Croton laevifoliusdan Putat
Planchonia validadalam kesatuan ekosistem. Pohon-pohon tersebut merupakan tempat bilah kayu medang
Litsea spbiasa dipasang, sebagai dudukan ratu lebah dan pasukannya membuat sarang.Â
Dengan cara ini masyarakat menunggu lebah bersarang untuk kemudian dipanen sebagian sarang untuk diambil madunya. Kelestarian hutan Siawan Belidak adalah kelestarian madu, kelestarian air sungai dan danau, kelestarian ikan-ikan, kelestarian kayu bakar dan kelestarian kehidupan masyarakatnya.
Investasi yang dilakukan oleh Forclime di desa ini ialah dengan memberikan bantuan alat pengolah ikan salai/ oven pengasapan yang efisien kayu bakar, alat pengolahan madu tikung, pelatihan-pelatihan dan membangun pembibitan untuk terus menghijaukan kembali hutan di sekitar siawan belidak.
Desa-desa yang saya datangi memiliki keunikan dan cerita tersendiri. Sehingga bentuk investasi yang dilakukan Forclime FC tampaknya juga memperhatikan kekhasan tersebut. Di Desa Kapuas Raya saya menjumpai ibu-ibu yang sedang menganyam rotan yang ia ambil dari hutan desa di belakang kampungnya. Mengabadikan senyum meraka dalam video kamera saya tentu sah-sah saja.
Di desa ini Potensi rotan dan panganan olahan dari ikan seperti kerupuk basah sangat strategis dikembangkan sebagai investasi pada masyarakat agar tekanan terhadap sumber daya hutan berbasis kayu berkurang. Sama halnya dengan desa Pala Pintas, kecamatan Embaloh Hilir yang juga saya kunjungi, selain potensi rotan dan ikan, masyarakat juga mengandalkan pohon Karet dan pohon Puri untuk meningkatkan pendapatan. Teknik silvikultur terhadap jenis-jenis ini dikembangkan sebagai strategi membangun hutan dan pengendalian perubahan iklim.
Tidak terasa empat malam di Kapuas Hulu memberikan segudang pelajaran yang saya sendiri bingung untuk merangkumnya. Karena hubungan hutan dan masyarakatnya begitu kompleks untuk diceritakan. Karena hutan terlalu luas jika hanya dilihat seorang diri ^^
Khulfi M. Khalwani
langitborneo@gmail.com
Lihat Travel Story Selengkapnya