Siapa yang tak kenal Malin Kundang. Legenda rakyat yang menceritakan tentang seorang anak yang dikutuk menjadi batukarena telah durhaka pada ibunya. Siapa juga yang tak kenal Sitti Nurbaya. Roman legendaris era 1922 karya seorang dokter hewan, yang pantas disandingkan dengan kisah Romeo-Julia milik Shakespeare atau legenda Sampek Engtay dari dataran Cina. Â Perjalanan saya kali ini di kota Padang, Sumatera Barat akan menyambangi jejak mereka.
jalan-di-pantai-purus-jpg-590da1067593739c477bb2a3.jpg
Mendarat di Bandara InternasionalMinangkabau di sabtu pagi yang cerah, saya melanjutkan perjalanan menggunakanbus Damri menuju kota Padang. Berhubung waktu SMA dulu saya juga di kota Padangmaka saya putuskan untuk mampir ke rumah salah seorang teman di daerah Tabinguntuk meminjam motor roda dua. Selain lebih hemat, tentunya silaturrahmi adalahniat yang utama.
menuju-jembatan-siti-nurbaya-jpg-590da150947e61810d4d3f58.jpg
Dari daerah Tabing saya melanjutkanperjalanan melewati daerah Ulak Karang tempat kampus Universitas Bung Hattaberada, lanjut ke daerah Purus dan menyusuri jalan yang ada di pinggir pantaisebelah barat Kota Padang. Â Tidak sampai 30 menit perjalanan saya sampaike daerah Pantai Padang. Cukup mudah untuk traveling seorang diri di KotaPadang.Â
sudut-gunuang-padang-jpg-590da17ace9273bf2e829946.jpg
 Es kelapa muda tampak begitu menggoda di bawah payung tenda di tepi pantai Padang. Namun hasratitu saya tahan begitu melihat sebuah bukit berhutan di seberang muara  didepan sana. Namanya Gunuang Padang. Meskipun waktu SMA saya di Kota Padang,tapi saya belum pernah sekalipun menyambanginya. Konon disanalah tempat makamSitti Nurbaya. Sesaat imajinasi saya terbang ke satu abad yang lalu,membayangkan Datuk Meringgih dan Samsul Bahri bertarung disana. Lalu diantaramereka saya duduk menikmati es kelapa. Hehehe...
pelabuhan-muaro-padang-jpg-590da1a2ad7e61f01fed358a.jpg
Antara Pantai Padang dan Gunuang Padang dipisahkan oleh muara sungai yang bernama Muaro Padang. Jadi untukmencapai gunung
padang kita harus naik sampan. Tapi itu dulu. Sejak pertengantahun 2002 sudah ada jembatan yang menghubungkannya, namanya Jembatan Sitti Nurbaya.
jembatan-sitti-nurbaya-di-siang-hari-jpg-590da20e759373f0467bb2a3.jpg
Menyusuri jalan melihat  RumahGadang dan museum Adityawarman lalu melewati Pelabuhan Muaro Padang saya sampaidi Jembatan ini. di Satu sisi kota yang padat penduduknya disisi lain bagiankota yang tampaknya masih hijau tertutup hutan di perbukitan, di bagian selatanKota Padang. Disini saya menyaksikan aktivitas nelayan yang sedang memperbaikiikan dan sebagian menjemur ikan.Â
jembatan-sitti-nurbaya-kala-siang-jpg-590da2a4ef9273e3470ddb9c.jpg
Sampai juga di gerbang Gunuang Padang, tepatnya di kelurahan Batang Arau, Kecamatan padang Selatan. Cukupmembayar 5000 saya bisa memasukinya. Memang tampak kurang terawat. Apalagi masih terdapat rumah-rumah warga di pinggir jalan masuk  Bukit. Kalau bisasedikit ditata mungkin akan terlihat lebih indah kesan pertama di gerbang masuk.
nelayan-di-muaro-padang-jpg-590da2dab793738c443f7caf.jpg
Melewatinya saya dihadapkan dengannuansa hutan yang cukup membuat iklim mikro yang berbeda dengan Kota Padangpada umumnya. Gerombolan monyet bermunculan dan malu-malu menatap saya. Sempatsaling tatap terjadi diantara kami.
nelayan-di-muaro-gunuang-padang-jpg-590da2efef927378430ddb9e.jpg
Melewati jalan yang sudah bagus untuk mendaki bukit Gunuang Padang sambil ditiup angin sepoi-sepoi dari SamudraHindia membuat nafas yang ngos-ngosan sedikit terlupakan. Apalagi sambilmelihat pemandangan laut kota Padang.
gerbang-gunuang-padang-2-jpg-590da30dad7e619928ed358a.jpg
Super sekali.
jalan-sebelum-mendaki-gunung-padang-jpg-590da343ad7e617013ed358e.jpg
Masih dapat dijumpai bangunan benteng kecil dan meriam peninggalan jaman penjajahan jepang. Sayang sekalii,semuanya tampak kurang terawat.Â
monyet-monyet-di-jalan-mendaki-gunung-padang-jpg-590da35a5697739d2e14c6e9.jpg
Setelah menaiki anak tangga, disisi kanan ke arah laut lepas, terdapat dua buah batu besar yang berhimpitan.Seperti sebuah Gua, di celah-celahnya kita bisa memasukinya. Konon di dalamnyalah makam Sitti Nurbaya. Sempat merinding juga karena sangat gelap waktumemasuki celah batu. Hanya makam biasa ternyata. Bukan sebuah tempat yang disakralkan.Â
meriam-jaman-jepang-jpg-590da370947e61490c4d3f58.jpg
Aroma laut  mengudara. Suara ombak menghempas karang. Apakah ini makam Sitti Nurbaya. Kejam sekali Datuk Meringgih memang.
jalan-mendaki-gunuang-padang-jpg-590da39a759373a8367bb2b1.jpg
Selanjutnya saya terus naik sampaipuncak Gunuang Padang. Â Sebuah taman yang bersih yang sangat pas untuksantai sambil menikmati minuman dingin. Taman ini dinamakan taman Sitti Nurbaya. Sejuk rindang dan damai. Meriam peninggalan Jepang juga ada disini.Â
kota-padang-dari-atas-taman-sitti-nurbaya-jpg-590da3c752f9fd8b2f572d66.jpg
Kesalahan saya cuma satu. Tidak membawa pasangan ke tempat ini. Sehingga monyet-monyet yang berkeliaran tanpa sungkan terus mendekati saya.
monyet-di-gunuang-padang-jpg-590da3de52f9fd7531572d65.jpg
Indah sekali pemandangan dari sini.Ke arah utara melihat kota Padang dengan latar barisan bukit diatasnya. Ke arahtimur melihat jembatan Sitti Nurbaya yang diapit pelabuhan muaro dan hutanbukit Gado-Gado/ bukik Gado-Gado. Dari pelabuhan kecil Muaro inilah kapal-kapalwisata bertolak menuju Kepulauan Mentawai. Ke arah selatan melihat pemandangan teluk Bayur, pantai Air Manis, dan pulau-pulau kecil lainnya. Ke arah baratmelihat laut lepas samudra hindia dimana kepulauan Mentawai berada.
monyet-dan-laut-jpg-590da3fb5697737c2e14c6e9.jpg
Tujuan saya berikutnya adalahpantai Air Manis di sebelah selatan. Untuk mencapainya saya menyusuri hutan diBukit Gado-Gado yang sebenarnya masih satu rangkaian dengan bukit GunuangPadang. Melawati pemakaman umum tionghoa, lalu masuk ke jalan setapak di bawahhutan. Perjuangan berat menggunakan motor melalui jalan bertanah.Melewatibeberapa rumah warga di Bukik Gado-Gado akhirnya tembus sampai jalan beraspaldi Nagari Mato Aia.Â
laut-bebas-jpg-590da41d52f9fd022f572d65.jpg
kota-padang-dari-atas-bukit-gunuang-padang-jpg-590da453ce9273b81e82994a.jpg
Sampailah saya di Pantai Air Manis (Aia Manih). Dibagian utara pantai ini bewarna putih sedangkan di bagianselatan tidak. Disinilah  tempat Malin Kundang dikutuk menjadi batu.Sisa-sisa tubuhnya yang membatu masih terlihat. Tampaknya ia sedang bersujud. Benaratau tidaknya cerita rakyat atau batu ini, tentunya ini menjadi peringatan agarkita selalu menghormati sosok ibu.
pemandangan-arah-selatan-dari-gunung-padang-jpg-590da493b79373c13f3f7cb1.jpg
"Apa ku bilang. Jangan coba-coba kau kasari ibumu. Jadilah kau batu sekarang", ucapku pada Malin Kundang.
sisa-batu-malin-kundang-jpg-590da4f0947e61eb0d4d3f58.jpg
tempat-santai-di-pantai-air-manis-jpg-590da4b65697733e2d14c6e9.jpg
Yang seru  disini adalah, adamasyarakat yang menyewakan motor ATV. Satu jam 100ribu. Cukup setengah jam sajadengan setengah harga. Memacu gas motor ATV sekencang-kencangnya di pasirpantai dan menerjam ombak di tepiannya membuat saya merasa seperti berada dalammedan pertempuran. Muka dan baju saya pun dipenuhi bercak pasir basah yangmenempel. Merdeka.
keep-rock-man-jpg-590da4d7b79373143a3f7cb0.jpg
santai-dengan-atv-di-pantai-jpg-590da50b569773492e14c6e9.jpg
Di seberang sana ada sepasang pulaukecil. Pulau Pisang orang menyebutnya. Jika surut kita bisa menyeberang kesanasambil berenang-renang ria. Es kelapa, pisang goreng, senyuman ramah gadis-gadis disana, gelak tawa penjaja topi dan cinderamata lainnya, semuasudah menjadi satu paket
wisata di Aia Manih.
menyeberang-ke-pulau-pisang-jpg-590da53175937356507bb2a3.jpg
Menjelang sore, saya putuskanpulang. Kembali melewati jalan nagari Mato Aia tapi kali ini tidak menerobosbukit berhutan namun jalan umum. Sampai di Muaro Padang saya sempatkan mampirke Pondok, pemukiman etnis tiaonghoa dipojok kota Padang. Melihat-lihatklenteng. dan memesan minuman dingin Kopmil alias Kopi Milo.
view-masjid-raya-dari-atas-gunung-padang-jpg-590da5667593738a4b7bb2a3.jpg
Malamnya, dari rumah saya lanjutkan wisata rohani untuk mengunjungi Masjid terbesar di Sumatera Barat, yaitu Masjid Raya Padang.
masjid-raya-padang-di-malam-hari-jpg-590da57ead7e61822fed3589.jpg
Melalui perjalan yang kita lalui, kitabisa mengenal siapa diri kita,
foto-di-depan-klenteng-jpg-590da5cb569773be2e14c6e9.jpg
cerita dan foto : Khulfi M Khalwani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya