Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyesap Suasana Hening Pengasingan Bung Karno, Khalwat Semalam di Parapat

18 Maret 2024   23:26 Diperbarui: 21 Maret 2024   00:14 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara rambu suar di ujung semenanjung sekitar lokasi rumah pengasingan Bung Karno di Parapat (Dok. Pribadi)

Koleksi memori saya yang seuprit terkait kepingan sejarah revolusi perjuangan kemerdekaan Indonesia, dalam jejak pengasingan Bung Karno dari Berastagi ke Parapat. Itu pun dikurangi jarak 11 km, karena perjalanan kali ini dimulai dari Kabanjahe bukan dari Berastagi.

Minggu, 10 Maret 2024. Kami bersama rombongan Perpulungen Jabu-Jabu (persekutuan keluarga) Sektor 11 jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Runggun Ketaren berangkat ke kota wisata Parapat di Kabupaten Simalungun dari Kabanjahe, Tanah Karo, pada pukul 10.30 WIB via Simarjarunjung, untuk tujuan retreat atau semacam rekoleksi.

Berdoa sebelum berangkat ke Parapat (Dok. Pribadi)
Berdoa sebelum berangkat ke Parapat (Dok. Pribadi)

Perjalanan sejauh 67,6 km dari Kabanjahe hingga Simarjarunjung kami tempuh selama lebih kurang 2 jam. Kami tiba sekitar pukul 12.30 WIB, beristirahat sejenak untuk makan siang.

Sekadar informasi, dulu pada era 90-an, bukit Simarjarunjung ini sering kali masuk layar TVRI. Kalau tak salah, pada acara penutup sebelum layar teve menyemut sekitar pukul 00.00 WIB, antena transmisi TVRI yang ikonik pada masanya itu dan masih berdiri kokoh hingga kini di bukit Simarjarunjung tampil sekilas dalam tayangan dengan iringan lagu "Rayuan Pulau Kelapa" karya Ismail Marzuki.

Hamparan permukaan danau Toba ditambah semilir angin di bawah pohon pinus, membuat selera makan semakin meronta hendak segera menggasak nasi hangat dalam bungkusan. Kami duduk lesehan di atas tikar yang kami bawa, cuaca panas terik menyengat, untung banyak pepohonan besar yang rindang.

Piknik sambil makan siang di bukit Simarjarunjung, Simalungun (Dok. Pribadi)
Piknik sambil makan siang di bukit Simarjarunjung, Simalungun (Dok. Pribadi)

Kalau sobat traveller singgah di sini, jangan lupa mencoba teh atau kopi di restorannya yang penuh kenangan itu. Kopinya mantap, juga ada paket goreng pisang hangatnya yang terkenal lezat.

Pada masa jayanya, bangunan restoran ini tampak cukup megah. Namun, waktu dan perubahan memakan segalanya. Apa yang uzur digantikan yang lebih muda, yang awal menjadi yang akhir, yang akhir menjadi yang awal.

Bila sobat traveller merasa berharga hal-hal bernilai memorabilia dari masa lalu, mari kita sama-sama berusaha menjaganya agar tetap mampu bertahan melintasi waktu, meskipun takmungkin awet muda seumur hidup. Bagaimana pun, menjadi tua itu sudah pasti ya, Sobat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun