Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyesap Suasana Hening Pengasingan Bung Karno, Khalwat Semalam di Parapat

18 Maret 2024   23:26 Diperbarui: 21 Maret 2024   00:14 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara rambu suar di ujung semenanjung sekitar lokasi rumah pengasingan Bung Karno di Parapat (Dok. Pribadi)

Lewat surat yang digulung dan diselipkan ke dalam rongga paha ayam dan rongga sayur kangkung itulah Bung Karno menjalin komunikasi dengan gerilyawan melalui perantaraan pelayannya.

Menurut penuturan pak Zamzami, dari informasi yang sampai kepada gerilyawan ada rencana untuk mendatangkan pasukan Siliwangi dari Bandung dalam rangka pembebasan Bung Karno, Kyai Haji Agus Salim, dan Sutan Sjahrir.

Konon katanya pasukan Siliwangi ini sudah masuk ke wilayah Parapat tanpa diketahui pihak Belanda. Namun, Sukarno meminta untuk tidak usah dilakukan konfrontasi dengan Belanda karena akan menambah kesengsaraan rakyat pada masa susah itu.

Salah satu tanda pasukan Siliwangi telah menjejakkan kaki di Parapat pada masa revolusi perjuangan kemerdekaan itu adalah dibangunnya monumen seorang tentara dengan macan di sampingnya di jalan besar menuju Parapat. Lokasinya berada di sisi sebelah kanan jalan raya pada sebuah tikungan sekitar 2 kilometer menjelang pintu masuk kota Parapat.  

Mengumpulkan kembali ingatan lewat khalwat pendek selama semalam di Parapat tentu saja tidak memadai untuk bisa menyesap sepenuhnya jejak perasaan keterasingan dan kesunyian mencekam yang dirasakan oleh Bung Karno, Kyai Haji Agus Salim, dan Sutan Sjahrir pada masa pengasingan mereka di tempat ini.

Berfoto di teras belakang rumah pengasingan Bung Karno di Parapat (Dok. Pribadi)
Berfoto di teras belakang rumah pengasingan Bung Karno di Parapat (Dok. Pribadi)

Semalam di Parapat, bagi kami dan rombongan mungkin tidak lebih dari upaya "pengasingan diri" untuk menenangkan pikiran, mencari ketenangan batin dari hiruk-pikuk kesibukan sehari-hari yang penuh penat.

Jelas jauh berbeda dengan rasa sunyi pada masa Bung Karno, Sutan Sjahrir, dan K.H. Agus Salim yang "diasingkan" bukan atas kehendak sendiri pada masa pergolakan republik ini.


Catatan:
Khalwat adalah pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin.

Rujukan: 7 Lokasi Pengasingan Bung Karno, dari Bandung hingga Ende (Kompas.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun