Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjemput Impian Masa Kecil ke Gunung Bromo

13 Februari 2024   13:54 Diperbarui: 15 Februari 2024   02:19 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga tahun 2006, tanaman gandum dikembangkan di 7 (tujuh) kecamatan meliputi Tosari, Puspo, Tutur, Purwodadi, Purwosari, Prigen, dan Lumbang dengan produksi yang diharapkan di atas 2 Ton/Ha.

Gambaran ini sekaligus menjelaskan mengapa Tara dan para sahabatnya terperangah melihat kemajuan peradaban manusia di Tosari dibandingkan keadaan mereka di dusun asal mereka, Mojosari dalam novel itu.

Dikisahkan, saat mereka mengungsi Ketika Bromo Meletus, mereka melihat anak-anak desa Tosari berbaris, lalu masuk seorang-seorang ke dalam bangsal yang ternyata adalah bangunan sekolah. Tara berulang-ulang bertanya dalam hatinya, mengapa di dusun mereka tidak ada orang yang mendirikan sekolah.

Suatu ketika ayahnya menjawab pertanyaan Tara, yang sangat menarik perhatiannya ketika ia lihat di Tosari. "Karena tidak mempunyai apa-apalah, maka kita harus bekerja keras! Di Tosari, semuanya yang engkau lihat itu bagus. Itu adalah hasil orang Tosari membanting tulang. Dahulu negeri itu sama juga halnya dengan dusun kita," kata ayahnya.

Pada kisah selanjutnya diceritakan bahwa pada akhirnya Wedana Tosari datang ke dusun Agung, dan mengumumkan bahwa mulai Senin depan di dusun itu pun akan dibuka sekolah. Kata Wedana, "Anak-anak harus dididik, mereka harus cerdas dan menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan tanah airnya." Dia menyerahkan bendera merah putih, bendera kebangsaan Indonesia untuk dikibarkan di tiang yang terpancang di halaman balai desa.

Masuk dari Tumpeng Malang, kami memang tidak melewati dusun Mojosari dan desa Tosari sebagaimana nama-nama tempat yang disebutkan dalam novel itu. Tapi kami melintasi sebuah desa bernama Ngadas. Desa ini termasuk wilayah Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.

Menariknya, di savana Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang dilintasi saat menuju spot sunrise, ada banyak tumbuh tanaman berbunga yang diberi nama "adas" oleh masyarakat setempat. Menurut mas Nanang, adas adalah bahan untuk membuat minyak telon, aroma tanaman ini memang enak.

Savana di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Dok. Pribadi)
Savana di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Dok. Pribadi)

Bunga tanaman Adas di dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Dok. Pribadi)
Bunga tanaman Adas di dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Dok. Pribadi)

Kata mas Nanang, adas adalah asal kata nama desa Ngadas, yang sebagian besar penduduknya merupakan suku Tengger. Oleh orang-orang suku Tengger yang ada di desa Ngadas, adas dijadikan juga sebagai bahan lalapan.

Di akhir kaldera lautan pasir, di ujung jalan aspal menanjak menuju spot sunrire yang kata mas Nanang berada di ketinggian 2.700 mdpl, aku melihat sebuah patung yang diam membisu di tengah dinginnya kabut Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kata mas Nanang nama benda itu adalah Padmasari, tidak hanya masyarakat setempat, dan wisatawan, mereka para driver juga rutin memberikan ungkapan syukurnya atas berkat alam dari Sang Maha Pencipta yang mereka terima dalam bentuk rezeki dan nafas kehidupan setiap hari dan meletakkannya di Padmasari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun