Bertemu dengan Kompasianer Idola yang Tinggal di Jogjakarta
Terakhir, tapi tidak kurang penting dan berkesan, pada perjalanan kali ini saya bisa bertemu langsung dengan kompasianer idola, Romo Bobby Timmerman. Penulis kompasiana dengan nama akun Ruang Berbagi ini bisa dibilang adalah salah satu sosok yang menjadi mentor dan motivator yang membekali saya untuk ikut terlibat dalam kerja-kerja literasi, walaupun masih dalam wujud yang sangat sederhana.
Sebagai kompasianer yang juga adalah seorang dosen, pegiat literasi yang budiman, baik hati dan suka berbagi, Romo Bobby menghadiahi saya tiga judul bukunya untuk dibawa pulang ke Kabanjahe, Tanah Karo. Berkah dalem, Romo. Terima kasih, mejuah-juah.
Ini hanyalah segelintir hal menarik dari berbagai hal menarik lainnya yang tidak bakalan habis untuk dinikmati hanya selama dua setengah malam tiga hari di Jogjakarta. Kenangan ini barangkali memang akan membawa kami untuk kembali ke Jogja suatu saat nanti.
Sama seperti harapan Sri Sultan terkait penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia, bahwa segala pengalaman yang menghadirkan kenangan terkait Jogjakarta dapat dijadikan oleh siapa saja sebagai media pembelajaran bersama akan nilai-nilai universal, nilai-nilai luhur yang dapat menjadi inspirasi dan referensi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik, melalui upaya bersama dalam pelestarian warisan budaya dan cagar budaya yang ada di berbagai tempat di Indonesia.
Sebab, telah terbukti di Jogjakarta, saat beragam tradisi dan praktik kebudayaan, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih tetap hidup dan dilakukan menjadikan suasana Jogja tetap dirindukan sampai sekarang, bukan saja sebagai daerah tujuan pariwisata berkelanjutan, tapi bahkan sebagai rumah bersama beragam pengalaman dan kenangan.
Baiklah saya mengutipkan syair lagu "Tanpa Batas Waktu" dari Ade Govinda dengan Fadly Padi ini sebagai penutup tanda ikatan cinta dengan nyamannya Jogja.