Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Kenangan Meluhurkan Warisan Sejarah di Guest House Berastagi

24 September 2023   21:16 Diperbarui: 24 September 2023   21:20 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama teman-teman pengurus PPWG GBKP di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Semilir angin bertiup membelai daun pohon-pohon cemara yang menjulang tinggi. Aroma rerumputan yang baru dibabat menguar segar di sekitar halaman yang terhampar. Di tengahnya berdiri kokoh sebuah bangunan tua yang tampak menyimpan banyak cerita.

Bangunan ini disebut sebagai guest house Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) berlokasi di Jl. Udara Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara. Bangunan ini didirikan dengan dukungan penuh organisasi misionaris terbesar di Jerman bernama Rheinische Mission Gesellchaft (RMG).

Kata "Rheinische" mengacu kepada nama sungai Rhein di Jerman. Bangunan ini tentu saja terkait dengan sejarah misi RMG di tengah pelayanan GBKP di Tanah Karo.

Salah satu sudut bangunan guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Salah satu sudut bangunan guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Pembangunan gedung guest house Berastagi berkaitan dengan pembangunan Zentrum Pendidikan GBKP, yang kini bernama Pusat Pembinaan Warga Gereja (PPWG). Hal itu tersebut dalam sebuah surat permohonan bantuan dari Moderamen GBKP bertanggal 9 Maret 1965, yang ditujukan kepada RMG di Barmen, Jerman Barat pada masa itu.

Guest house ini pernah menjadi kediaman seorang pendeta berkebangsaan Jerman dari misi RMG bernama Pdt. W. Grothaus. Pada masa 1968, pendeta ini melayani di Zentrum Pendidikan GBKP sebagai sekretaris eksekutif.

RMG yang didirikan sejak tahun 1799 pada awalnya terbentuk dari misi-misi yang lebih kecil, yang merupakan penyatuan tiga misi penginjilan yakni di Elberfeld, Barmen, dan Koln. Pada 23 September 1828 ditahbiskan misionaris pertama yang kemudian diutus ke Afrika Selatan pada akhir tahun 1828.

RMG juga mengirimkan sejumlah misionaris ke beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra dan Kalimantan yang dikenal sebagai "Zending Barmen." Organisasi ini bertahan sampai tahun 1971, kemudian berubah nama menjadi "Vereinte Evangelische Mission" atau dikenal juga dengan nama "United Evangical Mission."

Bangunan guest house GBKP, sebagaimana bangunan gedung Zentrum atau PPWG GBKP tampak berdiri kokoh dengan menampilkan ciri bangunan-bangunan bergaya Eropa yang khas dan disesuaikan hingga cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia.

Atap genteng dengan cerobong asap pada guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Atap genteng dengan cerobong asap pada guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Ruang dapur guest house Berastagi tampak dari luar (Dok. Pribadi)
Ruang dapur guest house Berastagi tampak dari luar (Dok. Pribadi)

Antara lain rangka atap yang tinggi dan bahan atap dari genteng, lantai tegel yang masih bertahan hingga saat ini, daun jendela dan pintu yang lebar, lantai kamar dari bahan kayu, cerobong asap yang khas, adanya zolder atau kamar atas yang bisa difungsikan sebagai kamar tamu atau gudang.

Tangga menuju kamar atas (zolder) pada guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Tangga menuju kamar atas (zolder) pada guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Lobang kotak pos pada daun pintu guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Lobang kotak pos pada daun pintu guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Selain itu halaman rumah ini juga cukup luas, ditumbuhi rumput dan pepohonan yang tampak sudah cukup tua sehingga tampak ikonik. Di antaranya adalah pohon-pohon pinus dan cemara.

Bagunan ini tampak cukup sangat fungsional, meskipun dari luar tidak kelihatan terlalu besar, tapi di dalamnya terdiri atas empat buah kamar tidur di mana tiga di antaranya dilengkapi kamar mandi di dalam kamar. Ruang tamu yang lapang dan nyaman, ruang makan, dapur yang luas, kamar mandi utama, kamar mandi di luar, paviliun untuk tamu, gudang dan juga garasi.

Ruang tamu yang nyaman dan tampak hangat (Dok. Pribadi)
Ruang tamu yang nyaman dan tampak hangat (Dok. Pribadi)

Ruang makan yang nyaman dan lapang (Dok. Pribadi)
Ruang makan yang nyaman dan lapang (Dok. Pribadi)

Di penghujung kunjungan singkat ke guest house Berastagi pada Minggu sore itu, kami menikmati jamuan nasi liwet yang tersaji di atas lembaran daun pisang. Duduk lesehan pada tikar yang digelar di atas hamparan rerumputan, di bawah kanopi pohon pinus tua, di antara sejuknya udara segar kota wisata Berastagi.

Menikmati sajian nasi liwet di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Menikmati sajian nasi liwet di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

 Bersama teman-teman pengurus PPWG GBKP di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
 Bersama teman-teman pengurus PPWG GBKP di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Bersama teman-teman pengurus PPWG GBKP di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)
Bersama teman-teman pengurus PPWG GBKP di guest house Berastagi (Dok. Pribadi)

Bagi sebuah kota dengan catatan panjang tentang sejarah dan kiprah berbagai insan dari beragam asal dan latar belakang, dengan beragam maksud dan tujuan sejak dahulu kala, bangunan ini bisa dikatakan merupakan sebuah situs atau bangunan cagar yang patut dirawat sebagai warisan yang bernilai penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun