Baca juga: Jalan-Jalan ke Masjid Tertua di Tanah Karo, Merawat yang Terlupakan
Fakta ini menegaskan kekhasan kisah penyebaran agama Islam ke Nusantara dari berabad-abad lampau. Setidaknya mencakup empat teori masuknya Islam yang meliputi teori Gujarat, teori Persia, teori China, dan teori Arab, yang kesemuanya erat kaitannya dengan perdagangan.
Saya sempat berbincang-bincang dengan pak Seliadi, nazir masjid ini. Beliau merantau dari kota Stabat, Kabupaten Langkat ke Tanah Karo sejak tahun 1970. Ia sudah menjadi nazir masjid ini sejak tahun 1990 silam, atau selama sekitar 33 tahun.
Saya tidak mendapatkan informasi spesifik mengenai bagaimana persisnya hingga masjid ini berdiri di sekitar lokasi pusat pasar Berastagi ini. Beliau menjelaskan bahwa masjid ini merupakan masjid pertama di Berastagi, dibangun pada tahun 1928 sehingga dinamakan Masjid Raya 1928.
Mengutip penjelasan pada tayangan Kompas TV dari tiga tahun yang lalu, bahwa pembangunan Masjid Raya 1928 Berastagi dilakukan oleh para pedagang muslim yang berasal dari Pulau Jawa saat berdagang di Karo. Hal ini menegaskan alasan mengapa masjid ini berdiri di sekitar pusat pasar Berastagi.
Corak Bangunan Masjid Raya 1928 Berastagi
Melihat corak bangunan masjid ini, tampak ciri khas bangunan tua berlanggam Melayu. Bahan utama terbuat dari kayu dengan cat didominasi warna kuning dan hijau, khas Melayu.
Bangunan utama masjid ini berupa rumah panggung, dengan tinggi tiang fondasi lantai sekitar 1 meter. Kubah pada atapnya berbentuk limas dan berundak, bukan berbentuk kubah sebagaimana umumnya bangunan masjid yang dibangun pada masa sekarang.