Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Inspirasi Literasi dari Lapak Buku Bekas Etek Gapok

14 Maret 2023   13:34 Diperbarui: 19 Maret 2023   14:17 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin tidak menyadari fakta bahwa masih ada penduduk Indonesia yang buta huruf di tengah pesatnya kemajuan teknologi. 

Ini berhubungan dengan rendahnya minat baca, minimnya stimulasi untuk mendorong minat baca, lokasi tempat tinggal yang jauh dari akses pendidikan, dan faktor ekonomi.

Sebagaimana dikutip dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara terkait dengan tingkat literasi. 

Negara kita merupakan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah. Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai berhubungan dengan minat baca masyarakat kita yang rendah.

Peringkat ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 silam.

Pada sisi lain, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari We Are Social pada tahun 2021 yang lalu, waktu yang dihabiskan orang Indonesia menggunakan gadget untuk mengakses internet per hari rata-rata 8 jam 52 menit.

Ini sejalan dengan data laporan Newzoo tahun 2020 yang dikutip dari laman databoks.katadata.co.id. Indonesia adalah negara dengan penduduk pengguna ponsel pintar (smartphone) terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan jumlah pengguna mencapai 170,4 juta jiwa.

Kisah tentang minat kepada buku cetak, baru atau bekas, dan para penjual buku yang masih bertahan, pada sebuah toko atau sekadar lapak di emperan kios, seakan membawa kita bernostalgia ke masa lalu. 

Pada masa ketika berlangganan majalah anak-anak, atau meminjam buku di tempat penyewaan buku masih sering kelihatan, sekali pun rasanya kita seperti tinggal di antah berantah.

Berbelanja buku bekas di lapak buku etek gapok di pusat pasar Kabanjahe (Foto dokumentasi Dian Nangin)
Berbelanja buku bekas di lapak buku etek gapok di pusat pasar Kabanjahe (Foto dokumentasi Dian Nangin)

Perkembangan teknologi memang mengarahkan kita beralih ke dunia yang kini serba digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun