Kita mungkin tidak menyadari fakta bahwa masih ada penduduk Indonesia yang buta huruf di tengah pesatnya kemajuan teknologi.Â
Ini berhubungan dengan rendahnya minat baca, minimnya stimulasi untuk mendorong minat baca, lokasi tempat tinggal yang jauh dari akses pendidikan, dan faktor ekonomi.
Sebagaimana dikutip dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara terkait dengan tingkat literasi.Â
Negara kita merupakan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah. Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai berhubungan dengan minat baca masyarakat kita yang rendah.
Peringkat ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 silam.
Pada sisi lain, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari We Are Social pada tahun 2021 yang lalu, waktu yang dihabiskan orang Indonesia menggunakan gadget untuk mengakses internet per hari rata-rata 8 jam 52 menit.
Ini sejalan dengan data laporan Newzoo tahun 2020 yang dikutip dari laman databoks.katadata.co.id. Indonesia adalah negara dengan penduduk pengguna ponsel pintar (smartphone) terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan jumlah pengguna mencapai 170,4 juta jiwa.
Kisah tentang minat kepada buku cetak, baru atau bekas, dan para penjual buku yang masih bertahan, pada sebuah toko atau sekadar lapak di emperan kios, seakan membawa kita bernostalgia ke masa lalu.Â
Pada masa ketika berlangganan majalah anak-anak, atau meminjam buku di tempat penyewaan buku masih sering kelihatan, sekali pun rasanya kita seperti tinggal di antah berantah.
Perkembangan teknologi memang mengarahkan kita beralih ke dunia yang kini serba digital.Â