Cerita tentang Buluh Awar mungkin akan selalu dan selamanya terhubung dengan kisah tentang inkulturasi, akulturasi, dan oikumene dalam arti yang luas. Sebagai lokasi pos penginjilan pertama bagi suku Karo, misionaris Belanda dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) menginjakkan kaki pertama kali di sini pada 18 April 1890.
Buluh Awar menyimpan banyak histori. Di sana banyak prasasti yang ditandatangani orang-orang terkenal di negeri ini, melekat pada tembok dan monumen di sudut-sudut desa Buluh Awar yang sunyi.
Mendukung Buluh Awar menjadi desa wisata berdimensi rohani, pihak pengelola wisata rohani dengan dukungan jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Buluh Awar telah menyusun calender event desa wisata Buluh Awar untuk tahun 2023.
Pada Februari tahun ini, tema untuk bulan Februari adalah Sweet Memory yang ditujukan kepada segmen pasangan suami istri dan keluarga. Sejalan dengan nuansa Februari sebagai bulan kasih sayang.
Cinta dan kasih sayang adalah sebuah nilai yang universal dan mencakup aspek-aspek yang luas. Cinta kepada pasangan, anak dan keluarga, sesama manusia, desa tempat tinggal, bangsa dan negara, alam lingkungan dan segala makhluk hidup di dalamnya, dsb.
Event sweet memory ini dibungkus dalam konsep acara gala dinner. Makan malam yang romantis bersama pasangan dan keluarga, sembari bernostalgia dalam cinta.
Bagi para pasangan suami istri yang hadir, momen penuh kehangatan ini bermanfaat sebagai momentum untuk kembali meneguhkan komitmen pernikahan. Termasuk bagi yang hadir bersama anak-anak, ini adalah momentum bagi keluarga untuk lebih mengikat kebersamaan dan saling mengintrospeksi diri.
Kegiatan ini berlangsung dalam suasana malam minggu yang syahdu pada Sabtu, 25 Februari 2023 yang lalu. Dimulai pukul 19.00 wib hingga berakhir pada pukul 22.30 wib, bertempat di gedung bambu (gedung KA/KR) di Buluh Awar.
Acara diselengi dengan persembahan lagu-lagu pop, tembang kenangan, baik lagu pop Karo, lagu Indonesia, maupun lagu barat. Gelaran acara gala dinner ini tidak sekadar untuk bernostalgia. Di tengah atmosfer romantis dan suasana penuh kehangatan ini terselip dukungan kepada Desa Wisata Rohani Buluh Awar yang sedang berjuang mempercantik dirinya.
Pelaksana acara menyajikan makanan tradisional Karo, persembahan musik nostalgia oleh Vocal Group Elhineni, artis pendukung Rocky Ginting, dan pasangan suami istri yang berdansa, dan landek (menari bersama).
Apa saja yang menarik dari rangkaian acara ini? Berikut beberapa di antaranya.
Berdansa
"Berdansa? What?!" Begitulah sebagian reaksi awal teman-teman dan beberapa orang pertama kali mendengar konsep acara. Mengapa harus berdansa a la Eropa? Apa relevansinya dengan aspek budaya di Buluh Awar?
Kembali ke prolog. Di Buluh Awar tersimpan banyak histori, konsep acara bernostalgia dalam cinta.
Saya membayangkan, misionaris NZG dari Belanda yang meninggalkan kenyamanan Eropa, mungkin tidak pernah lagi merasakan kebebasan berdansa seperti kebiasaannya di negeri asalnya dulu begitu mereka menjejakkan kaki di tengah belantara Buluh Awar yang masyarakatnya hidup dengan nilai dan budaya yang sama sekali berbeda.
Pasutri yang berdansa bisa larut dalam nostalgia cinta. Tapi bukan hanya cinta eros, melainkan juga cinta penuh welas asih bagi keselamatan manusia, bisa diresapi ketika berdansa di tanah berkat yang menjadi titik nol sejarah gereja GBKP itu.
Relevankah itu dengan upaya pelestarian budaya? Pertanyaan ini mungkin kurang tepat, ibarat mempertanyakan kesopanan orang yang mengenakan pakain renang saat berada di tepi pantai atau di kolam renang.
Esensi Cinta
Event sweet memory di Buluh Awar ini memang dikaitkan dengan bulan kasih sayang di Februari. Apalagi metode pendekatan pasutri yang lebih dekat ketimbang berdansa di bawah temaram lampu pada malam yang syahdu?
Landek (tari tradisional Karo) atau berdansa hanya soal media. Esensi pada relasi yang terjalin darinyalah yang terpenting, untuk memperkuat keluarga karena keluarga merupakan benteng terutama untuk menyelamatkan generasi.
Keluarga kuat akan membuat negara kuat.
Pembawa acara menggali cerita masa lalu beberapa pasangan suami istri. Tentang perasaan masing-masing dan awal mula mereka bertemu hingga selanjutnya menjalin cinta.
Kehadiran anak-anak juga memberikan nuansa yang berbeda. Dari mereka, yang mungkin beberapa di antaranya sudah lama tidak melihat kedekatan hubungan ibu dan bapa, hadir ungkapan hati yang polos a la anak-anak.
Anak-anak yang setiap hari hadir di antara ibu dan bapaknya, dan melihat segala rasa yang mereka jalani bersama, suka duka, romantisme, maupun konflik dalam rumah tangga. Kesaksian anak-anak membuat orangtua bisa berkaca dan menginstrospeksi diri.
Susah Sinyal Internet
Kalau ada yang merasa bahwa momen nostalgia di Buluh Awar itu "so sweet" itu memang betul adanya. Selama dua hari, dari malam minggu hingga hari Minggu keesokannya kami "agak terbebas" dari ketergantungan kepada gadget, bapak, mamak, dan anak-anak. Sebab sinyal internet memang susah di sana.
Apakah sinyal yang susah itu adalah sebuah kelemahan? Bisa ya, bisa tidak.
Untuk promosi dan pengembangan desa wisata pada era digital tanpa dukungan internet tentu merupakan sebuah kelemahan. Namun, dalam konteks pembinaan hubungan dan keakraban antara para wisatawan, termasuk antara bapak ibu dan anak-anak, keadaan ini justru menjadi sebuah kelebihan.
Tidak ada yang sibuk dengan gadget di sini selama dua hari. Orang-orang tampak asyik mengobrol di berbagai sudut tempat.
Anak-anak bercengkrama di halaman dan tepian kolam di tengah suasana desa yang asri tanpa kebisingan kendaraan lalu lalang.
Itu semua adalah sesuatu yang tidak akan kita temukan seandainya sinyal internet dalam kondisi optimal. Anak-anak akan sibuk main gim online, para orangtua sibuk dengan urusan kantor, pekerjaan, dan urusan media sosialnya.
Keadaan ini barang kali perlu dipertahakan sebagai keunggulan dan keunikan wisata Buluh Awar. Di sana juga ada sungai kecil. Kehatangan keluarga tampak ketika bapak dan mamak bercengkrama bersama keluarga mereka di sana.
Sebuah petikan syair lagu dari tembang kenangan berjudul "Sepanjang Jalan Kenangan" sangat mewakili rasa yang timbul saat berada semalam di Buluh Awar, pada waktu itu.
"... namun kenangan s'panjang jalan itu, tak mungkin lepas dari ingatanku."
So sweet ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H