Semakin bervolume tulisan kita, ia akan semakin menyerupai rimba. Semakin lebat sebuah rimba, kita semakin membutuhkan kompas saat menjelajahinya.
Untuk sebuah tulisan yang semakin bervolume, kita semakin membutuhkan kerangka atau struktur cerita. Itu perlu untuk membantu kita mencegah kebosanan, kehilangan arah, dan keletihan dalam menyelesaikannya.
2. Miliki Pembuka yang Kuat
Dalam menulis, kita perlu memberi perhatian kuat pada pembukaan. Pembaca akan mengukur kemampuan penulis dalam bertutur sejak halaman pertama.
Pembukaan cerita yang membosankan tidak akan menarik minat pembaca untuk melanjutkannya ke halaman berikutnya. Sebab akan terbayang di benak pembaca bahwa kesalahan tik tidak akan semakin membaik, tata bahasa tidak akan semakin membaik, pada halaman selanjutnya.
Dee menceritakan pengalamannya sebagai juri dalam lomba menulis. Dalam perlombaan itu, ada 200 naskah novel yang harus diperiksa.
Rumus yang dia pakai adalah, memberi atensi 50% untuk hanya mengulik halaman pertama, fokus pada paragraf pertama, fokus pada kalimat pertama, dan ia akan memberi perhatian lebih apabila ada intrik yang memancing rasa penasaran.
Seorang juri sebagai pembaca tidak akan membuang waktunya untuk tersiksa dari halaman pembuka sampai halaman 14 hingga berharap menemukan sesuatu yang menarik pada halaman 15.
Katanya, seorang penulis perlu berpikir bahwa ia menulis untuk mengikuti lomba. Di sana ada banyak saingan yang bagus, juri tidak memiliki waktu untuk sesuatu yang bertele-tele, untuk hal yang tidak penting. Penulis perlu menempatkan pembaca sebagai juri atas tulisannya.
3. Tunjukkan Emosi
Tidak hanya pada tulisan fiksi, adalah sangat penting bagi tulisan non fiksi untuk menunjukkan emosi. Sering terkesan adanya kemalasan penulis untuk memberikan deskripsi yang kuat untuk emosi pada tulisan non fiksi.