Baru setengah jam menyusuri jalur jelajah hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Bukit Lawang, Bahorok, kami bertemu seekor makhluk primata yang unik.Â
Bulunya kombinasi hitam dan putih, jambulnya juga sangat khas, gaya potongan rambut mohawk khas anak punk, tapi sorot matanya sangat sayu, seolah menyiratkan kesedihan.
Ciri itu adalah penanda khas satwa primata endemik Sumatera bernama kedih (Presbytis thomasi). Meskipun endemik, khas, unik, dan asli Sumatera, bisa jadi belum banyak yang mengetahui tentang kedih yang bermuka sedih ini.
Sebaran kedih terbatas di wilayah Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Populasinya diperkirakan hanya berjumlah 2.000 ekor pada seluruh wilayah sebarannya di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.Â
Oleh sebab itu, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sudah memasukkan kedih dalam spesies kategori rentan (vulnerable) dengan label red list.
Pemerintah Indonesia juga menetapkan kedih sebagai jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018Â tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Mari kita lihat lebih dekat beberapa fakta tentang kedih.
1. Sebagian Besar Hidupnya di Atas Pohon
Kedih sebagaimana satwa primata yang lain pada umumnya adalah termasuk satwa arboreal, yakni satwa yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan atau belukar.Â
Keberadaan pohon sangat penting bagi kedih sebagai pakan, pohon tidur, dan jembatan penghubung dalam pergerakannya.