Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersama Alpha Omega Mewujudkan Ekonomi Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

23 Juli 2022   00:31 Diperbarui: 23 Juli 2022   00:36 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Alpha Omega Mewujudkan Ekonomi Inklusif bagi Penyandang Disabilitas (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)

Sekilas Sejarah Alpha Omega

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) memutuskan membuka pelayanan untuk orang-orang cacat mental dan bisu tuli melalui pendirian sebuah yayasan bernama Alpha Omega dengan akte notaris pada tanggal 21 Juli 1988. 

Sebagai pendiri adalah Pdt. DR. A. Ginting Suka selaku Ketua Umum Moderamen GBKP, Pdt. E. P. Gintings, STh selaku Sekretaris Umum, dan Pdt. Salomo Sitepu, STh selaku Sekretaris Bidang II Pengembangan GBKP pada masa itu.

Tanggal pendirian itu kemudian diperingati sampai hari ini sebagai hari ulang tahun Yayasan Kesejahteraan Peyandang Disabilitas (YKPD) GBKP Alpha Omega. 

Proses pendirian Alpha Omega dilatarbelakangi oleh pergumulan dan pemikiran Pdt. Salomo Sitepu, STh saat membawa anaknya bernama Ruth Br Sitepu ke Panti Karya Hepata, sebuah tempat pelayanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang dikelola oleh Diakonia Charitas HKBP di Laguboti.

Di sana pendeta Salomo melihat beberapa orang anak berkebutuhan khusus yang juga berasal dari Tanah Karo. Terpikirlah akhirnya untuk mendirikan sebuah yayasan yang mengelola panti bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang berkedudukan di Kabanjahe, Tanah Karo.

Gagasan dan pergumulan pendirian yayasan ini kemudian dibicarakan dengan Dewan Pekabaran Injil NHK Belanda yang pada waktu itu diketuai oleh Pastor Yacob Slobb. 

Gagasan ini mendapat sambutan baik dari NHK Belanda yang  bersedia mencari dana bagi pembangunan panti perawatan dan pendidikan.

GBKP melalui departemen Parpem (Partisipasi Pembangunan, sebuah departemen di GBKP yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat) membangun gedung panti perawatan dan pendidikan bagi penyandang disabilitas secara swakelola. Pengelola Parpem GBKP pada masa itu adalah Pdt. Borong Tarigan, STh dan Pdt. Selamat Barus, STh.

Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Pdt. Salomo Sitepu, STh pada masa itu, anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di Kabupaten Karo sebagian besar adalah penyandang cacat mental dan bisu tuli.

Mengapa Dinamakan Alpha Omega?

Alpha Omega adalah istilah teologis yang berarti "awal dan akhir", tertulis di Alkitab pada kitab Wahyu. Kedua kata ini merupakan huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani. Istilah ini merujuk kepada aktivitas Allah dan Kristus dalam kisah penciptaan dan penyelamatan.

Nama Alpha Omega dipilih saat pendirian pada tahun 1988 itu atas usulan Pdt. Salomo Sitepu. Dilatarbelakangi pemahaman bahwa GBKP terpanggil untuk menyatakan sifat-sifat Allah yang memelihara dunia dari sejak awal hingga akhir, terwujud melalui pelayanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang seringkali tidak terlayani oleh keluarganya.

Pemaknaan ini tertuang dalam logo yayasan. Anak-anak dari berbagai latar belakang bergandengan tangan membingkai Alpha dan Omega yang bermakna pembinaan persektuan bagi anak-anak penyandang disabilitas walaupun mereka berbeda satu dengan yang lainnya di dalam kondisi tubuh dan mentalnya.

Relevansi Kiprah Alpha Omega dan Tema Presidensi G20 Tahun 2022 Terkait Ekonomi Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas

Visi Alpha Omega adalah "Mensejahterakan penyandang disabilitas." Visi itu diwujudkan melalui dua misi, pertama mengasuh, mencerdaskan, dan merehabilitasi serta memandirikan penyandang disabilitas sehingga hidup mereka lebih sejahtera dan dapat berperan aktif, berprestasi, terampil, dan berdedikasi dalam pembangunan bangsa.

Kedua, mengubah pola pikir masyarakat yang masih negatif terhadap penyandang disabilitas, agar masyarakat melihat setiap manusia sebagai ciptaan yang utuh dan berharga sehingga semuanya dapat diperlakukan sama.

Pada tahun ini, YKPD GBKP Alpha Omega merayakan ulang tahun yang ke-34 dirangkai dengan perayaan ulang tahun Forum Disabilitas Karo Simalem (FORDIKASI) yang ke-2. 

Sebelum puncak perayaan hari jadi pada Minggu, 24 Juli 2022 ini, telah dilaksanakan serangkaian kegiatan pertandingan olahraga antar penyandang disabilitas pada Jumat, 15 Juli 2022 yang lalu bertempat di stadion Sepak Bola Samura, Kabanjahe.

Peserta lomba lari putra jarak 100 meter, kategori disabilitas intelektual mengikuti lomba dengan semangat, 15/7/2022 (Dok. Pribadi) 
Peserta lomba lari putra jarak 100 meter, kategori disabilitas intelektual mengikuti lomba dengan semangat, 15/7/2022 (Dok. Pribadi) 

Tema perayaan hari jadi Alpha Omega dan FORDIKASI tahun ini adalah "Bertumbuh dan Berkarya". Selanjutnya sub tema perayaan adalah "Alpha Omega dan FORDIKASI semakin bertumbuh dan menjadi besar melalui karya-karya nyata bagi para Disabilitas di Dunia."

Hal ini sejalan dengan tema besar G20 tahun 2022, di mana presidensi dipegang oleh Indonesia, yakni "Recover Together, Recover Stronger." 

Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bergerak bersama dalam pemulihan perekonomian global pasca pandemi Covid-19, dengan berkoordinasi mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan, sehingga dapat keluar dari krisis secara merata, serta menghasilkan pemulihan yang berkualitas dan berjangka panjang.

Perayaan HUT Alpha Omega dan FORDIKASI tahun ini juga berdekatan dengan perayaan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2022, yang diperingati pada Sabtu, 23 Juli 2022. Tema HAN 2022 ini adalah "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".

Inklusivitas dalam segala aspek pelayanan di Alpha Omega sejalan dengan prinsip yang disuarakan Christian Children Fund, di antaranya pandangan bahwa memerangi kemiskinan adalah dengan cara menanamkan harapan kepada anak, membangun masyarakat adalah demi kepentingan terbaik anak, serta menjadikan semua anak ceria demi masyarakat sejahtera.

Penyandang disabilitas mencakup setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik. 

Ketika berinteraksi dengan lingkungan, kaum difabel dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Pembangunan yang inklusif telah menjadi kesepakatan berbagai negara di dunia melalui agenda Tujuan Pembangunan Bersama (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. TPB/SDGs merupakan kerangka komprehensif, terintegrasi dan tidak terpisahkan, dimana kemajuan pada satu dimensi membutuhkan keterlibatan aktif pada dimensi lain, katalis untuk kemitraan internasional, serta kepemilikan bersama.

"Leaving no one behind" menjadi tujuan akhir sehingga TPB/SDGs fokus pada pengurangan kesenjangan dan memastikan tidak ada satu orang pun yang tertinggal. Penguatan kapasitas penyandang disabilitas merupakan hal yang tidak terpisahkan dari strategi mewujudkan Indonesia Inklusif 2030.

Stigma dan diskriminasi yang sudah berjalan bertahun-tahun memberikan dampak pada ketertinggalan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan manusia masih belum merata pada semua daerah. 

Infomasi dan fasilitas masih belum merata sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri belum memberikan hasil yang optimal, khususnya di Kabupaten Karo.

Kabupaten Karo melalui YKPD GBKP ALPHA OMEGA merupakan daerah yang telah mulai mengembangkan upaya-upaya pemenuhan hak penyandang disabilitas, baik dengan pendekatan panti maupun pendekatan CBR (Community Based Rehabilitation) atau RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat).

Pada tahun 2015-2022, Alpha Omega sudah membina 10 kelompok layanan RBM yaitu RBM Desa Suka, Suka Sipilihen, Tanjung Barus, Susuk, Gurukinayan, Sampun, Payung, Lingga, Kutarayat dan Kelurahan Lau Cimba. 

Karenanya diperlukan sosialisasi dan dukungan berbagai pihak agar harapan ideal dapat terwujud tidak hanya di 10 desa tersebut, tetapi menyebar ke 259 desa di Tanah Karo, dengan jumlah disabilitas sebanyak 2.972 orang.

Upaya yang dilakukan Alpha Omega untuk memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas di kabupaten Karo, khususnya pada 10 desa dampingan Alpha Omega adalah dengan cara sosialisasi dan advokasi ke pemerintah desa serta seminar dengan pihak pemerintah. 

Melalui kegiatan ini pemerintah dan masyarakat diharapkan semakin menghargai dan mendukung para penyandang disabilitas, yang tergambar melalui muatan peraturan daerah tentang disabilitas yang akan terus diperjuangkan di Kabupaten Karo.

Untuk bertumbuh dan berkarya bersama dalam mewujudkan kemandirian ekonomi secara  inklusif bagi penyandang disabilitas yang diasuh di Alpha Omega, maka dilakukan berbagai kegiatan produktif dengan melibatkan anak-anak penyandang disabilitas.

Di antaranya melaksanakan workshop sebagai wadah pelatihan dalam bidang pertukangan, bordir, jahit/ sulam, tenun dan pembantikan. Hasil dari keterampilan anak-anak itu akan dipamerkan dan dijual melalui showroom Alpha Omega.

Kegiatan kelas vokasional di Alpha Omega (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)
Kegiatan kelas vokasional di Alpha Omega (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)

Anak-anak disabilitas juga diajarkan keterampilan di bidang pertanian dan peternakan di lahan Alpha Omega di Desa Lingga, sehingga mereka terlatih hidup mandiri sebelum kembali ke keluarga dan masyarakat.

Kegiatan pertanian di lahan YKPD GBKP Alpha Omega, Juma Lingga (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)
Kegiatan pertanian di lahan YKPD GBKP Alpha Omega, Juma Lingga (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)

Kegiatan peternakan di lahan YKPD GBKP Alpha Omega, Juma Lingga (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)
Kegiatan peternakan di lahan YKPD GBKP Alpha Omega, Juma Lingga (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)

Jumlah anak yang diasuh di YKPD GBKP Alpha Omega saat ini ada 96 orang anak. Sebanyak 37 orang anak mengikuti berbagai kegiatan vokasional di Juma Lingga, dan 59 orang anak bersekolah.

Kegiatan di Sekolah Luar Biasa Alpha Omega (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)
Kegiatan di Sekolah Luar Biasa Alpha Omega (Dok. YKPD GBKP Alpha Omega)

Pengurus YKPD GBKP Alpha Omega saat ini adalah Daniel Keriahenta Bukit, SE sebagai ketua, Drs. Darwin Barus sebagai sekretaris, Tino Mimana Sinuraya, S.Kom sebagai bendahara, Setia Budi Tarigan, SE dan dr. Joyce Kambodji, SpS masing-masing sebagai anggota. Sementara itu Pdt. Monalisa Br Ginting, S.Si. Theol sebagai direktur.

Staf untuk pengelolaan administrasi, operasional, maupun pendidikan dan pengasuhan bagi anak-anak asuh di YKPD GBKP Alpha Omega ada sebanyak 50 orang. Meliputi pegawai kantor, pegawai Sekolah Luar Biasa (SLB), pengasuh, pegawai dapur, pegawai fisioterapi, pegawai kesehatan, pegawai tata boga, supir, pegawai peternakan, pegawai pertanian, dan pegawai keamanan.

Program yang dilakukan adalah pendidikan melalui SLB, pelatihan kemandirian melalui asrama, pelatihan keterampilan dan pendampingan melalui program Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). 

Sampai saat ini terdapat 500 orang disabilitas yang telah didampingi, baik yang tinggal di panti maupun di luar panti. Adapun program pendampingan yang dilaksanakan adalah kegiatan kemandirian dan juga pemberdayaan keterampilan sehingga para penyandang disabilitas diharapkan dapat memiliki bekal untuk memenuhi kebutuhan hidup di kemudian hari.

Sukacita di antara anak-anak asuh YKPD GBKP Alpha Omega (Dok. Pribadi)
Sukacita di antara anak-anak asuh YKPD GBKP Alpha Omega (Dok. Pribadi)

Disabilitas ada untuk menyatakan kasih Allah di tengah-tengah dunia. Kasih yang terwujud, bertumbuh dan berkarya melalui tindakan bertolong-tolongan menanggung beban.

Artikel ini ditulis untuk mengikuti G20 BI-Stronger Fest Article Writing Challenge, yang diadakan atas kerjasama Kompasiana dan Bank Indonesia. Selain untuk berpartisipasi dalam sejarah Presidensi G20 Indonesia 2022, siapa tahu pula dengan ini bisa ikut meringankan beban saudara-saudari yang terkasih di Alpha Omega. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun