"Ketika seseorang dapat memaknai literasi maka ia dapat membaca dunia."
Sejarah tercetusnya hari buku nasional terkait dengan pencanangan pendirian Perpustakaan Nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Daoed Joesoef, pada tanggal 17 Mei 1980. Tanggal pencanangan berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei itu diperingati setiap tahun sebagai hari buku nasional atau hari literasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis.
Istilah literasi berasal dari bahasa Latin, literatus, artinya adalah orang yang belajar. Menurut Elizabeth Sulzby, seorang professor dari University of Michigan, literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi; membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.
National Institute for Literacy memberikan pengertian bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Pemahaman ini memposisikan literasi secara kontekstual lingkungan. Tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis, tetapi juga merespon lingkungan.
Sementara itu, UNESCO memberikan pengertian literasi sebagai seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh, siapa yang memperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya.
Ironi Dunia Perpustakaan, Minat Baca, dan Tingkat Literasi di Indonesia
Sebagaimana dikutip dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara terkait dengan tingkat literasi. Negara kita merupakan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah.
Peringkat ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 silam.
Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai berhubungan dengan minat baca masyarakat kita yang rendah. Suhajar Diantoro menjelaskan efek domino dari rendahnya minat baca menyebabkan rendahnya tingkat literasi, daya saingnya juga menjadi rendah, kemudian rendah pula indeks pembangunan SDM-nya, rendah inovasinya, rendah pendapatan per kapitanya, hingga rendah rasio gizinya. Pada akhirnya, akumulasi dari semua hal itu akan berpengaruh pada rendahnya indeks kebahagiaan warga negara kita.
Data menunjukkan bahwa perbandingan total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Artinya 1 buku ditunggu oleh 90 orang Indonesia setiap tahunnya.
Berbeda dengan negara-negara Asia Timur seperti Korea, Jepang, dan China yang rata-rata memiliki 20 buku baru bagi setiap orang setiap tahun. Sementara itu, menurut standar UNESCO minimal ada 3 buku baru untuk setiap orang setiap tahun. Angka ini mungkin menggambarkan dengan jelas rendahnya tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia.
Pada sisi lain, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari We Are Social pada tahun 2021 yang lalu, waktu yang dihabiskan orang Indonesia menggunakan gadget untuk mengakses internet per hari rata-rata 8 jam 52 menit.
Ini sejalan dengan data laporan Newzoo tahun 2020 yang dikutip dari laman databoks.katadata.co.id. Indonesia adalah negara dengan penduduk pengguna ponsel pintar (smartphone) terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan jumlah pengguna mencapai 170,4 juta jiwa.
Menarik untuk dibandingkan bahwa menurut data tahun 2019Â yang dikutip dari bobo.grid.id, jumlah perpustakaan Indonesia menempatkannya sebagai negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak urutan ke-2 di dunia dengan 164.610 perpustakaan. Negara yang menduduki peringkat pertama adalah India dengan jumlah 323.605 perpustakaan, pada peringkat ketiga adalah Rusia dengan 113.440 perpustakaan, dan peringkat keempat adalah Tiongkok dengan 105.831 perpustakaan.
Ini adalah sebuah ironi. Dari segi infrastuktur untuk mendukung terbentuknya minat membaca, sebenarnya peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Indonesia berada di urutan ke-34 di atas Jerman, Portugal, Selandia Baru, dan Korea Selatan dalam hal penilaian berdasarkan komponen infrastruktur.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih sangat minim memanfaatkan perpustakaan. Jadi, bisa dibilang bahwa tinggi rendahnya minat membaca tidak selalu ditentukan oleh seberapa banyak dan megah perpustakaan, jumlah koleksi judul dan jumlah eksemplar buku atau banyaknya mobil layanan perpustakaan keliling.
Â
Secercah Harapan dari Peringatan Hari Buku Nasional ke-42 Tahun 2022 di Kabupaten Karo
"Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta!" -Najwa Shihab
Setelah hampir dua tahun tidak berkunjung ke perpustakaan sehubungan dengan penyesuaian layanan akibat situasi pandemi Covid-19, baru-baru ini saya kembali berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo sehubungan dengan momen peringatan hari buku nasional ke-42 Tahun 2022. Peringatan ini untuk tingkat Kabupaten Karo dilaksanakan di pelataran parkir Gedung Nasional Kabupaten Karo yang juga merupakan gedung bagi Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo.
Dalam rangka memeriahkan peringatan hari buku nasional ini, sehubungan situasi pandemi yang semakin melandai, maka Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karo melaksanakan beberapa kegiatan secara tatap muka pada tanggal 30 Mei-2 Juni 2022. Di antaranya adalah lomba penulisan puisi bagi siswa-siswi sekolah dasar dan sederajat, lomba penulisan cerpen bagi siswa-siswi SMP dan sederajat, lomba penulisan sinopsis novel bagi siswa-siswi SMA dan sederajat, serta lomba penulisan resensi buku bagi masyarakat umum.
Selain aneka perlombaan, dilaksanakan juga pameran buku dan talkshow atau bincang literasi bertema "Membangun Generasi Literasi" dengan narasumber Prof. Dr. Ir. H. Djohar Arifin Husin selaku anggota Komisi X DPR-RI yang juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI, Reynus Siboro selaku Pustakawan Ahli Utama dari Perpustakaan Nasional di Jakarta, Dwi Endah Purwanti selaku sekretaris Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara, dan Lusius Sinurat selaku penulis yang telah lama malang-melintang di Sumatera Utara.
Melihat animo ratusan siswa-siswi yang hadir saat acara puncak peringatan yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2022 yang lalu, dan jumlah peserta yang mengikuti aneka lomba, memberikan secercah harapan di tengah tantangan rendahnya tingkat literasi bangsa kita di antara bangsa dan negara-negara lain di dunia.
Menurut Reynus Siboro selaku Pustakawan Ahli Utama dari Perpustakaan Nasional, investasi melalui perpustakaan sebenarnya dapat menghasilkan dampak dengan nilai manfaat dua kali lipat besarnya dari nilai investasi.
Kita bisa menilai tingkat peradaban suatu masyarakat atau suatu daerah yang tergambar melalui perpustakaannya. Selain itu, bila dimanfaatkan sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian suatu perpustakaan, itu adalah wadah untuk memperlihatkan, mengelola, dan mengembangkan potensi daerah dan aneka konten lokal.
Tujuan dibangunnya perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dari segala kelas umur mendapatkan kesempatan untuk dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan, tanggap terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, sosial dan politik, memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif agar menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik, mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani, dan mampu menggunakan kemampuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia.
Narasi dalam buku-buku seringkali merupakan masukan dan suara hati dari masyarakat. Tidak jarang buku-buku dan narasi yang ada di dalamnya menggambarkan posisi tawar yang menentukan dan sebagai bahan masukan yang penting dalam proses pengambilan kebijakan publik.
Dari pemahaman itu, kemampuan membaca seharusnya dilanjutkan dengan tindakan menulis dan menghasilkan karya. Sebab kekuatan sebuah buku akan tampak ketika isinya dibawa keluar untuk dipraktikkan.
Maka, tidak salah jika sering kita temukan masyarakat yang menilai kualitas kepemimpinan para pembuat kebijakan dari buku yang dibaca oleh para pemimpinnya.
Perpustakaan umum juga merupakan jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, karena melalui perpustakaan semua koleksi pikiran dan pengetahuan manusia, serta persolan-persoalan dan pemecahannya bisa menjadi rujukan yang terdokumentasi.
Dokumentasi koleksi pikiran, pengetahuan, permasalahan dalam kehidupan ras manusia ini merupahan bahan untuk mengkemas ulang informasi, yang selanjutnya dapat dijadikan  bahan rujukan bagi para pengambil keputusan.
Baca juga: Dunia Perbukuan dan Perpustakaan, Bagai Oase yang Dirindukan tapi Kurang Dihiraukan
Mengenal Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo
"Satu-satunya hal yang benar-benar harus kamu ketahui, adalah lokasi perpustakaan." - Albert Einstein
Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo berlokasi di Jln. Pahlawan No. 1, Komplek Gedung Nasional, Kabanjahe, Kabupaten Karo. Dapat dihubungi melalui nomor telefon 0628-20909, fax 0628-20906, dan melalui surat elektronik (email)Â pada alamat dinkearsipan@karokab.go.id.
Bangunan perpustakaan dengan ciri khas ornamen rumah tradisional Karo pada atapnya ini lebih dikenal warga setempat dengan sebutan Gedung Nasional. Dengan letaknya yang ada di jantung Kota Kabanjahe dan jangkauan angkutan yang cukup mudah, perpustakaan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk mendapatkan berbagai data dan informasi yang bermanfaat sesuai kebutuhannya.
Pada awalnya perpustakaan daerah Kabupaten Karo dikelola oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Karo sebagai salah satu unit pelaksana teknis. Pada tahun 2007 dibentuklah kantor kearsipan, perpustakaan dan dokumentasi Kabupan Karo. Lalu pada tahun 2016 berubah nomenklatur menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Karo.
Kini sudah banyak kemajuan terkait dengan sarana dan prasarana dan hal-hal lainnya pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo di Kabanjahe. Perpustakaan ini sudah dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis dan komputer dengan jumlah yang cukup memadai, penataan ruang baca yang semakin nyaman, serta petugas perpustakaan yang melayani pengunjung dengan ramah.
Perpustakaan ini buka setiap hari, kecuali hari libur dan hari Minggu. Pada hari Sabtu, perpustakaan dibuka sampai dengan pukul 17.00 wib.
Berdasarkan data yang dikutip dari laman perpustakaan.karokab.go.id, dari jumlah koleksi buku sebanyak 1.570 judul dan 6.283 eksemplar pada tahun 2006 yang lalu, sudah berkembang pada tahun 2016 menjadi 5.908 judul dan 12.358 eksemplar, serta jumlah kunjungan sebanyak 11.452 orang selama tahun 2016.
Syarat menjadi anggota perpustakaan bagi pelajar Sekolah Dasar, SMP dan SMA cukup dengan mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dengan diketahui oleh kepala sekolah atau orangtua siswa. Lalu memerlukan fotokopi KTP orangtua sebanyak 1 (satu) lembar, dan fotokopi Kartu Keluarga sebanyak 1 (satu) lembar.
Sedangkan, bagi calon anggota dari masyarakat umum cukup dengan mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan, lalu fotokopi KTP sebanyak 1 (satu) lembar, dan fotokopi Kartu Keluarga sebanyak 1 (satu) lembar. Pendaftaran anggota ini tidak dipungut biaya (gratis), dan keanggotaan (masa berlaku kartu anggota) berlaku selama 10 (sepuluh) tahun.
"Perpustakaan yang buruk membangun koleksi, perpustakaan yang baik membangun layanan, perpustakaan yang hebat membangun komunitas." - R. David Lankes
Panjang umur literasi. Ayo ke perpustakaan...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H